Jung Sejin memasuki area sekolahnya dengan hati-hati. Perasaan takutnya sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa lega ketika sekelilingnya tampak tak ada yang peduli dengan kehadirannya.
"Sejin-ah!" Seruan bernada riang itu tak hanya mengagetkan Sejin, tapi juga semua orang di halaman sekolah.
"Oh, Sanghyuk-ah," ucap Sejin pelan begitu kedua lengan Sanghyuk melingkar erat di pundaknya.
Sejin berusaha menjauh dari Sanghyuk begitu puluhan tatapan tajam mengarah padanya. Namun, Sanghyuk tak menyadarinya dan malah menggandeng tangan gadis itu.
"Ayo ke kelas." Sanghyuk setengah menyeret Sejin.
Sepanjang lorong menuju ke kelas, Sejin menundukkan kepalanya. Ia takut menatap balik tatapan tajam yang mengarah padanya. Sedangkan Sanghyuk balas tersenyum kepada siapapun yang tersenyum kepadanya.
Sesampainya di kelas, Sejin dan Sanghyuk duduk di bangku masing-masing. Sanghyuk pun mengambil buku pelajarannya di loker dan melirik ke arah Sejin yang diam saja di kursinya.
"Kau tidak mengambil bukumu?" tanya Sanghyuk bingung.
"Ah." Sejin menggeleng dan tampak gugup. "Nanti saja," lanjutnya.
"Oh, begitu," balas Sanghyuk sambil tersenyum. Ia pun pergi ke kamar mandi setelah meminta izin kepada Sejin.
Setelah Sanghyuk benar-benar pergi, Sejin beranjak dari duduknya dan membuka lokernya. Seperti yang ia duga, banyak sampah di dalamnya. Juga ada surat ancaman yang entah dikirimkan oleh siapa.
Gadis itu segera membereskan lokernya sebelum Sanghyuk kembali dan mengambil buku pelajarannya. Saat ia mengambil buku terakhir, selembar kertas jatuh di dekat kaki Sejin.
'Menjauhlah dari pangeran, gadis tak tahu diri!'
Sejin menghela nafas. Ia mengambil kertas itu dan menyembunyikannya di saku jasnya.
"Oh, apa ini?" Sanghyuk tiba-tiba sudah ada di samping Sejin dan mengambil selembar kertas di dekat kaki gadis itu.
Sejin menelan ludahnya dengan susah payah. Ternyata tadi ada selembar kertas lain yang jatuh di dekat kakinya. Dan ia terlambat menyadarinya.
Bagaimana ini? tanya gadis itu dalam hati.
"Hm, 'tugas melukis dikumpulkan tanggal 4 Juli'?" baca Sanghyuk dengan nada kaget.
Mendengar hal tersebut, Sejin menghembuskan nafasnya dengan lega. Rupanya dewi fortuna berpihak padanya. Untung saja kertas yang jatuh itu adalah catatan tugas melu-
"Ya ampun aku lupa! Tanggal 4 'kan minggu depan!" Sejin memekik pelan.
Gadis itu kemudian tampak panik sendiri. Ia berputar-putar di tempatnya dan membuat Sanghyuk, yang melihatnya, tertawa.
"Kutebak kau belum membeli kanvas, 'kan?" tanya Sanghyuk di sela-sela tawanya.
Sejin hanya terdiam dan hal itu membuat Sanghyuk merasa bersalah. Pemuda itu pun mengusap rambut Sejin dan tersenyum.
"Kalau begitu, nanti kita bisa membeli kanvas sepulang sekolah," ucapnya. Sanghyuk kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Sejin. "Kita bisa berkencan juga nanti, hehe." Ia terkekeh pelan.
*
Sejin menunggu Sanghyuk di gerbang sekolah selama hampir setengah jam. Hari ini Sanghyuk lupa kalau ia mendapat tugas untuk membersihkan kelas. Jadilah ia membuat Sejin menunggu, meskipun sebenarnya gadis itu senang saja.
Saat Sejin asyik menikmati pemandangan sekolahnya yang mulai sepi, matanya menangkap sosok dua orang yang berjalan di lorong lantai atas. Salah seorangnya adalah gadis yang tampak bermanja-manja kepada seorang pemuda, sedangkan si pemuda tampak risih dan berusaha menjauhkan gadis itu darinya. Sejin mengenal kedua orang itu dengan baik. Sanghyuk dan Son Jaehee, salah satu teman sekelasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/61620198-288-k291272.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIXXTIONS (VIXX's Fictions) [FIN]
FanfictionKumpulan cerita fiksi dengan VIXX sebagai tokoh utamanya :)) Imagines and short fictions ✔ Pref: The First * Disclaimer: Cerita ini murni hasil pemikiranku. Tidak ada unsur meniru cerita manapun. Tapi aku mohon maaf kalau ceritaku mirip dengan cerit...