'Kutunggu kau sepulang sekolah di atap. Ada yang ingin kusampaikan.
-Lee Hongbin'
Begitu mataku sampai di akhir pesan tadi, aku pun langsung menutup rak bukuku dan berlari secepat kilat ke atap. Oke, itu terlalu berlebihan, aku hanya berlari secepat yang aku bisa.
Sesampainya di atap, dengan nafas yang masih terengah-engah, aku mendapati seorang pemuda dengan tubuh tegap tengah membelakangiku. Tanpa perlu bertanya-tanya aku sudah tahu kalau dia adalah Lee Hongbin, pangeran pujaan seluruh murid perempuan di sekolah ini.
Termasuk aku.
Tak perlu heran, karena Hongbin memang sempurna seperti tokoh-tokoh dalam drama. Tampan? Iya. Cerdas? Tidak perlu ditanya. Ia juga pandai dalam berbagai bidang olahraga dan kegiatan non-akademik. Karena itulah semua orang mencintainya.
Sedangkan aku hanyalah seorang gadis biasa yang tidak ada apa-apanya dengan gadis lain yang menjadi fans Hongbin. Aku tidak cantik, biasa saja. Nilaiku pun pas-pasan. Tidak ada yang istimewa dariku, namun aku tak pernah menyerah untuk mendapatkan hati seorang Lee Hongbin.
Kalau dihitung-hitung, mungkin aku sudah menyatakan cinta padanya sebanyak sepuluh kali dan mengirimkan surat ke lokernya tak kuhitung berapa kali. Dan hasilnya sama saja, aku ditolak.
Hongbin tak pernah menjawab pernyataan cintaku maupun surat yang aku kirimkan. Bahkan aku pernah menemukan surat yang aku tulis semalaman berakhir begitu saja di tempat sampah.
Menyedihkan memang. Tapi cinta memang buta. Aku tak pernah sedikitpun berusaha untuk menyerah dan melupakan pemuda itu.
"Sampai kapan kau mau menatapku seperti itu?" Suara Hongbin menyadarkanku. Aku terkesiap, karena ternyata ia tepat ada di depanku.
"Eh ...."
Hongbin tersenyum miring sebelum akhirnya ia memasukkan tangannya ke dalam saku. "Ternyata kau tidak pernah menyerah," ucapnya.
"A ... aku ... tidak bisa menyerah begitu saja," balasku.
Pemuda itu menoleh lalu menghela nafas dengan gaya angkuh. "Oke, kalau begitu, biarkan aku menanyakan satu hal kepadamu." Ia kembali berjalan mendekat ke arahku. Dengan spontan, aku berjalan mundur sampai akhirnya ia mnyuruhku berhenti.
"Aku hanya akan menanyakannya sekali saja. Jadi, dengarkan baik-baik." Aku mengangguk.
"Katakan padaku, kenapa aku harus balik mencintaimu? Apakah kau mempunyai sesuatu yang membuatku harus memilihmu?" tanyanya.
Heol, Lee Hongbin. Itu dua pertanyaan, bukan satu. Oke, yang barusan kukatakan itu tidak penting. Jadi, abaikan.
"Aku tidak tahu. Kau yang harusnya mencarinya sendiri," jawabku.
Ia tersenyum lebih tulus. "Kalau begitu, aku balik pertanyaannya. Mengapa kau harus mencintaiku?"
Pertanyaan apa ini? Bagaimana aku bisa menjawabnya?
"Kau tidak tahu jawabannya?" Hongbin angkat bicara karena aku terus terdiam memikirkan jawaban dari pertanyaannya.
"Aku tidak tahu." Itulah jawaban yang keluar dari mulutku.
"Ah, benarkah?" Ia tampak tak puas dengan jawabanku. "Kalau kau tidak tahu, biarkan aku memberi tahumu alasan mengapa kau harus mencintaiku dan aku harus mencintaimu." Hongbin menyeringai sebelum akhirnya menarik tanganku dan mengajakku berlari menuruni tangga.
[FIN]
Rasanya mbulet (?) sekali wkwkwk. Kalau kalian nggak paham, boleh bertanya hehehe.
Keep tagging: Konata2401, pangeran yoon-hana, gimhyeAA, mochakyeoni
Bluisherlock☆
07.12.16
H+1 VIXX's very first win :")
![](https://img.wattpad.com/cover/61620198-288-k291272.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIXXTIONS (VIXX's Fictions) [FIN]
FanfictionKumpulan cerita fiksi dengan VIXX sebagai tokoh utamanya :)) Imagines and short fictions ✔ Pref: The First * Disclaimer: Cerita ini murni hasil pemikiranku. Tidak ada unsur meniru cerita manapun. Tapi aku mohon maaf kalau ceritaku mirip dengan cerit...