25 - See You Next Time (N)

161 21 56
                                    

"Hai ...."

Aku masih ingat saat itu, ketika aku bingung mencari dimana aula berada dan tidak tahu harus bertanya kepada siapa, karena para murid dan guru ada di ruangan--yang sialnya ada di bagian belakang gedung. Maksudku, siapa yang membangun gedung ini? Mengapa mereka harus membuat aula ada di belakang? Mengapa tidak di depan saja supaya aku tidak tersesat seperti ini?

Meskipun begitu, kurasa aku harus bersyukur karena dengan tersesat saat itu, aku bisa bertemu denganmu.

"Apa ... apa kau tahu dimana aula berada?"

Jujur saja, aku malu setengah mati ketika menanyakan hal tersebut. Bagaimana bisa seorang murid tingkat 2 menanyakan pertanyaan bodoh semacam itu kepada adik kelasnya, yang seharusnya melakukan hal tersebut. Terlebih ketika kau menampakkan wajah bingungmu itu.

Ingin rasanya aku merobek permukaan bumi kemudian bersembunyi di bawahnya!

"Oh, halo sunbaenim."

Saat itu kau membalas sapaanku dan mengajakku jalan bersama ke aula, karena upacara pembukaan tahun ajaran baru segera dimulai. Kita membicarakan banyak hal, mulai dari perkenalan yang canggung--tentu saja karena aku--sampai mengapa kita memilih sekolah ini untuk mencari ilmu.

Dari percakapan itu, aku mengetahui nama dan kelasmu, Han Yeoreum dari kelas 1-2. Tak hanya nama, aku pun jadi mengetahui bahwa sebenarnya kau berada di sini karena paksaan orangtuamu, yang tidak ingin kau bersekolah jauh di Seoul. Kau menyukai kucing dan pelajaran Matematika, pelajaran yang dihindari oleh banyak murid, termasuk aku.

"Namamu Yeoreum, pasti kau lahir di musim panas (yeoreum)," tebakku.

Kau menggeleng, kemudian tertawa kecil, "tidak. Aku justru lahir saat puncak musim dingin, sunbaenim."

Dan satu hal lagi yang aku ketahui setelah percakapan singkat kita ....

Aku akan jatuh dalam pesona gadis musim dingin yang cerah seperti matahari di musim panas ini, Han Yeoreum.

*

Semenjak tersesat dan akhirnya berjalan bersama ke aula di hari pertama tahun ajaran baru, kita berdua semakin dekat. Kadang kita hanya saling menyapa saat tidak sengaja bertemu di area sekolah, kadang juga aku sengaja datang ke kelasmu hanya untuk mengajak makan siang bersama. Teringat jelas di benakku, saat itu teman-temanmu bersorak heboh melihatku--pasti karena aku tampan, 'kan? Hahaha.

Oke, lupakan kalimat terakhir meskipun itu memang benar.

Selain bertemu di sekolah, kita juga sering berjanji untuk bertemu di luar sekolah, café dekat perpustakaan misalnya. Akibatnya, jantungku rasanya ingin meledak hampir setiap saat. Tanpa aku beri tahu, kau pasti sudah tahu jawabannya, 'kan?

"Um, Yeoreum-ah, aku ... boleh menanyakan sesuatu?" Sore itu, aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku, meskipun aku tidak yakin kalau kenekatan ini akan berbuah manis.

"Tanya apa, Hakyeon-sunbae?"

Ah, rasanya aku ingin menjambak rambutku sendiri. Wajah polosmu membuat kalimat yang sudah susah payah aku rangkai menjadi buyar. Tolong jangan pasang wajah seperti itu, Yeoreum-ah. Lama-lama aku akan menderita penyakit jantung kalau seperti ini.

"Uh, apa kopi ... tidak!" Nyaris saja aku menanyakan hal bodoh itu kepadamu, daripada menanyakan hal yang ingin aku ketahui jawabannya, "aku ... apa aku boleh menyukaimu? Bukan sebagai teman atau kakak dan adik kelas, tapi ... sebagai kekasih," cicitku.

Ya ampun, di mana Cha Hakyeon yang bermental baja? Mengapa di saat genting seperti ini kemampuan seperti itu menguap begitu saja?

"Um, Hakyeon-sunbae ...." Bisa kulihat sekilas pipimu yang kemerahan. Setelahnya, kau mengiyakan ajakanku dan membuatku bagaikan laki-laki paling bahagia di dunia.

VIXXTIONS (VIXX's Fictions) [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang