Tujuh - Dag Dig Dug

187 37 11
                                    

Author's POV

Semenjak hari itu juga, Nata tidak pernah menanggapi ajakan pulang bareng oleh Deva ataupun Alfan. Ya meskipun dalam hati kecilnya ia merasa rugi saat menolak Deva. Bagaimana pun juga itu adalah keputusan Nata, karena ia tidak mau menjadi bahan omongan seisi sekolah ini. Maka dari itu, tak jarang Nata numpang bersembunyi di dalam mobil Ifan saat waktu pulang tiba.

"Gab, gue mau duduk di samping Nata dong." Alfan sudah berdiri di sebelah Gaby dengan beberapa buku di tangannya. Tanpa jawaban apa-apa Gaby bangkit dari duduknya, kemudian pindah ke meja kosong di depan. Dan Alfan mulai menempati tempat Gaby sebelumnya.

Alfan mencolek-colek siku Nata. "Ta, ajarin gue."

Nata menatap Alfan kaget. Sepertinya dari tadi ia tidak sadar bahwa Gaby dan Alfan sudah bertukar posisi. "Lagian serius banget sih," cibir Alfan heran dengan tingkah Nata.

"Lo mau ngapain? Gaby mana?"

Alfan menunjuk catatan yang sudah ia tulis di bukunya. "Mau minta ajarin lo lah," ujarnya seraya menunjuk Gaby dengan dagu. Setelah mengetahui keberadaan Gaby, Nata tetap tidak menjawab sepatah dua patah pun ucapan Alfan.

"Oke anak-anak, hari senin kita ulangan bab 3 dan 4 ya," seru bu Ajeng sambil merapikan bukunya seusai mengajar kelas ini.

"Jangan lupa belajar, ibu gak mau denger ada yang remedial di bab ini." Setelah mengucapkan salam, bu Ajeng segera melangkah pergi keluar kelas. Meninggalkan teriakan-teriakan tidak setuju dengan jadwal ulangan yang barusan ia berikan.

"Tuh Ta, denger gak? Masa lo tega ngebiarin gue remedial?" Ucap Alfan mencari alasan. Tapi tetap saja tidak ditanggapi oleh Nata, baginya itu bukan urusan yang penting baginya.

"Ayolah Ta, gue gak ngerti bab ini, serius" Alfan menyatukan telapak tangannya dan memohon-mohon kepada Nata.

"Udah lah fan, kalo Nata gak mau jangan dipaksa. Sini biar gue aja yang ngajarin lo," ujar Ifan mengangkat suaranya dari meja belakang. Dengan malas Alfan membalikan tubuhnya, dan mengisyaratkan sesuatu kepada Ifan.

"Bertiga sama Ifan deh," rayu Alfan kepada gadis yang duduk di sampingnya, sedangkan ia masih asik sendiri dengan catatan matematika. Ifan yang sebenarnya tidak mengerti apa yang diisyaratkan oleh Alfan terlihat sedang berfikir.

"Oke hari minggu, di rumah Nata." Kalimat yang dilontarkan Ifan sungguh membuat Nata kaget setengah hidup. Nata kan sama sekali tidak ingin berurusan lagi dengan Alfan. Eh ini lagi Ifan, langsung menetapkan hari dan tempat.

"Gue gak-" ucapan Nata terhenti tepat saat tangannya sudah berada di dalam genggaman Alfan yang kian memelas "oke, hari minggu di rumah gue. Tapi tolong lepasin tangan gue. Sekarang."

Dengan peraasaan senang, Alfan kembali ketempat duduknya. Lalu melemparkan senyum kearah Nata yang sedang memandanginya dengan wajah datar tak berekspresi. Sejujurnya, Alfan tidak sebego dari pada orang-orang bego lainnya. Itu hanya akal bulusnya saja suapaya bisa berdekatan dengan Nata. Soal Ifan mah gampang bagi Alfan.

*****

Jam pelajaran ke enam sudah dimulai. Akan tetapi seisi ruangan ini berteriak senang saat mendapati berita dari guru piket bahwa bu Ani, guru fisika, tidak masuk dikarenakan sakit. Semua murid langsung menyibukan diri mereka masing-masing.

Ada yang berkumpul di meja tengah, khusus untuk para cewek-cewek tukang gosip, ada yang berkumpul di meja pojok belakang khusus untuk para cowok-cowok yang, you know lah, ada juga yang sibuk sama bukunya, dan tidak sedikit pula ada yang tertidur.

Berhubung sekarang tempat duduk Nata di tengah, mau tidak mau ia ikut bergabung kedalam golongan per-gosip-an. Jarang-jarang loh Nata ikut gabung seperti ini. Biasanya dia lebih milih mengasingkan diri dan tidur dengan earphone yang terpasang di telinganya.

I'm Into You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang