Enambelas - Mixed Feeling

116 14 4
                                    

"Test, test, check sound, check."

Terdengar berulang kali sebuah suara dari beberapa speaker yang sedang disiapkan oleh sie perlengkapan. Tidak hanya sie perlengkapan, semua sie mau pun panitia yang lain juga terlihat sangat sibuk dengan tugas masing-masing. Hari ini, tepatnya sore ini adalah hari yang paling dinantikan bagi seluruh siswa dan siswi SMA Angkasa. Acara yang rutin diselenggarakan dan juga sangat ditunggu-tunggu dalam satu tahun.

Lapangan yang didekorasi dengan tema monokrom ini nantinya tidak hanya akan dipenuhi oleh siswa siswi SMA Angkasa, melainkan dari berbagai macam sekolah juga dipersilakan dengan senang hati datang ke sini bersama tiketnya.

Panitia-panitia yang sedang berkeliaran mempersiapkan pensi sudah siap dengan seragam mereka. Kaus hipster berwarna hitam bertuliskan Spacetival di bagian depan dan 2016 dibagian belakang dipadu padankan dengan celana berwana putih menyesuaikan tema pensi hari ini.

Nata yang memang ditunjuk langsung oleh ketua OSIS sebagai panitia cabutan pun tidak kalah sibuk dengan panitia lainnya. Ia siap bolak-balik untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk acara Spacetival ini. Tugas utamanya adalah mengecek semua perlengkapan di atas panggung. Alat musik, pencahayaan, soundsystem, dan lain sebagainya.

Untung saja semua alat di atas pangung sudah siap seratus persen untuk digunakan. Kalau tidak, pasti sekarang Nata sedang kerepotan karena banyak panitia lain yang meminta bantuannya.

"Natasya, ya?" Tanya seorang cewek berperawakan sexy dengan seragam panitia yang terlihat begitu nyentrik. Nata hanya menjawabnya dengan anggukan kecil dan dibumbui oleh segaris senyuman di kedua sudut bibirnya.

"Nanti tolong bantu jagain pintu masuk, ya. Periksain tiket buat yang mau masuk," ujarnya.

Ya, Nata tahu itu. Pasti ia akan terus dimintai tolong seperti tadi, meskipun masih banyak tugas yang belum Nata kerjakan. Ia mendengus sebal saat seniornya pergi menjauh darinya. Nasib, nasib.

"Boleh gue bantu?"

Dengan semangat juang 45 Nata segera membalikan tubuhnya menghadap sumber suara yang berasal dari belakangnya. Senyum gadis itu seketika memudar saat mengetahui siapa pemilik suara yang menawarkan bantuan kepadanya.

Tak butuh jawaban dari Nata, langsung saja Alfan menarik semua file dari tangan Nata.

"Gue bisa kerjain sendiri." Nata bersiap menarik kembali file tersebut dari tangan Alfan. Sayangnya, dengan sigap Alfan mampu menahan lengan Nata yang faktanya lengan itu dua kali lebih kecil di bandingkan dengan lengannya.

"Ini mau dikasih ke siapa? Biar gue aja yang kasih," ujar Alfan tak ambil pusing.

"Gue kan udah bilang, gue bisa kerjain sendiri." Cewek mungil itu tetap saja berusaha merebut file dari tangan Alfan.

"Daritadi lo udah muter-muter kayak bianglala, Ta. Emangnya nggak capek? Mending lo istirahat dulu di sini. Ini biar gue yang ngurus." Alfan masih keras kepala ingin membatu Nata yang sama sekali tidak tertarik untuk dibantu.

Nata menggeleng cepat. "Cepetan balikin filenya ke gue!"

Terlihat bahwa bukan cuma Alfan yang keras kepala di sini.

"Denger ya, gue aja yang daritadi kerjaannya cuma ngeliatin lo doang, ngerasa capek."

Nata menggelengkan kepalanya dan terus berusaha merebut file dari cowok di hadapannya. 'Dasar cerewet! Lo tuh nggak jauh beda sama nenek-nenek umur tujuh puluh tahun tau gak sih!'

"Buruan, file ini harus gue kasih ke siapa? Biar tugas lo tinggal duduk manis aja jagain pintu masuk." Alfan yang gemas dengan kelakuan Nata akhirnya menggeledah isi file tersebut. Ia mencari tahu kepada siapa file tersebut harus diberikan. "Adit si ketos?"

I'm Into You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang