Empat - Versus

278 55 11
                                    

Author's POV

Nata kesiangan lagi untuk kesekian kalinya. Ia baru berhasil masuk setelah selesai merapikan lapangan belakang sekolah bersama murid-murid lain yang tentunya juga telat.

Bugh!

"Aw!" pekik Nata kesakitan karena baru saja dia menabrak seseorang.

Saat menyadari siapa yang ia tabrak, Nata langsung sujud dihadapannya untuk meminta maaf. Gak deng itu lebay.

Sepertinya orang yang Nata tabrak itu adalah seniornya. Toh, mudah saja menebaknya. Dari model dan cara berpakaiannya saja sudah tercermin seperti apa. Rok span, baju jangkis, kancing atas sengaja dibuka, dan rambut berjedai. Nata segera meminta maaf sebelum senior yang ia tabrak memanggil pasukannya untuk melabrak Nata.

"Lo Natasya kan?" Senior itu memutar balikan kedua bola matanya. Membuat jantung Nata berdegup ketakutan. Apalagi tadi Nata yang tidak sengaja menabraknya.

"I-iya, saya Na-Natasya," jawab Nata gugup.

"Jadi lo yang berani ngerebut Deva dari gue?" Ia mendorong bahu Nata ke belakang dengan keras.

Nata sangat kaget, kaget bukan main. Karena kalimat yang diucapkan oleh senior itu, Nata yakin kalau orang yang ada di hadapannya adalah Dinda, mantan Deva.

"Hei Ta, lo ngapain disini? Bukannya jam pertama udah mulai dari tadi?" Terdengar suara seseorang dari belakang.

Alfan datang di saat yang sangat tepat. Ia tesenyum sesaat kepada Dinda, kemudian ia kembali fokus ke arah Nata, lalu merangkulnya.

"Fan, lo ngapain sih ngurusin dia?" Dinda mencoba menjauhkan Alfan dari Nata. Tapi untungnya tenaga Dinda tak sekuat tenaga gajah.

"Kita duluan ya." Kemudian Alfan menyeret Nata dari hadapan Dinda.

Di perjalanan menuju kelas, Alfan menggenggam tangan Nata. Dan bodohnya, Nata tak menolak. Hanya saja Nata tidak membalas genggaman Alfan.

Saat sampai di kelas, Nata disambut antusias oleh teman-temannya. Begitu pula dengan Alfan, ia pun juga disambit dengan kertas oleh Rayhan dan Gilang.

Tunggu-tunggu. Sepertinya Nata ingat sesuatu, sesuatu yang ia dengar diantara percakapan Dinda dan Alfan.

Apa mereka saling kenal? pikir Nata.

Tapi pikiran tersebut buru-buru ditepis jauh oleh Nata. Toh, Alfan juga tak kalah famous dengan Deva kan? buat apa Nata berpikir jauh-jauh.

*****

Saat istirahat tiba, Nata dan kawan-kawan langsung ngacir ke kantin, dengan meja yang seperti biasanya. Difa tentunya juga hadir di antara mereka. Dan seperti biasa, hanya Gaby yang paling mengerti apa saja kemauan perut mereka yang sudah merengek kelaparan.

Nata belum sempat cerita ke siapa-siapa soal kejadian perkara tadi pagi. Karena menurutnya, itu tidak terlalu penting. Kini yang terpenting ialah, mengisi perutnya yang sedari tadi sudah memainkan keroncong tugu.

Untungnya ke empat temannya tidak melihat ada keanehan pada diri Nata. Difa dan Jovi sedang asik dengan pertengkaran mereka, bertengkar karena suatu hal yang hanya dapat dimengerti oleh mereka berdua saja. Akan tetapi sesekali Ifan memperhatikan Nata, sepertinya ia merasa ada sesuatu yang aneh pada Nata.

"Gue boleh gabung nggak?"

Tanpa minta persetujuan, Ia duduk di hadapan Nata begitu saja. Banyak pasang mata yang tertuju pada meja nomor sembilan tersebut.

"Loh, kak Deva ngapain kesini?" tanya Difa yang tiba-tiba menghentikan aktifitas bertengkarnya dengan Jovi.

"Mau gabung sama kalian, boleh kan?" tanya Deva dengan maksud lain.

I'm Into You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang