Limabelas - Lost

121 14 3
                                    

nata: deva, udah 2 hari loh kamu gak ngasih kabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nata: deva, udah 2 hari loh kamu gak ngasih kabar. kamu dimana sih sebenernya? aku pengen ketemu :(

Sent.

Gadis yang sedang mengenakan bando hijau tosca itu sedang memandangi lapangan kosong melalui jendela kelasnya. Perasaanya sejak kemarin belum berubah, kacau. Ia tidak tau kemana perginya Deva sejak dua hari lalu hingga perkataan Alfan yang selalu terngian di pikirannya.

Deva sama sekali belum memunculkan batang hidungnya di hadapan Nata. Ia pasti akan merasa semakin frustasi hingga ke akar-akar jika masalah ini tak kunjung terselesaikan.

"Natasya!"

Nata menyadari panggilan itu, namun ia tetap tidak peduli dengan seruan yang memanggil namanya. Masa bodo.

"Natasya! Sejak tadi ibu perhatikan, kami melamun terus. Sini maju ke depan. Kerjakan soal yang sudah ibu buat!" Suara bu Ajeng yang terdengar lebih tegas dari biasanya mampu membuat Nata kembali dari alam bawah sadar.

Dengan ragu gadis itu bangkit dari kursi. Ia berjalan sangat goyah bak kayu yang akan rapuh saat hendak menuju papan tulis. Lagi-lagi ia menatap tulisan-tulisan rumit bu Ajeng dengan satu alis terangkat, kebingungan.

"Bangun Natasya! Hampir dua jam ibu cuap-cuap di depan sampai berbusa seperti ini, kamu masih belum mengerti juga?" Nada bu Ajeng yang terhitung masih berkepala dua itu terdengar jengkel.

Nata menundukkan kepalanya takut sekaligus malu. Sebenarnya matematika adalah pelajaran kesukaannya, namun ntah mengapa hari ini terasa berbeda dari biasanya. Ia merasa payah sudah mengecewakan bu Ajeng karena hal lain yang sedang berputar-putar di kepalanya.

"Maaf, Bu," ucap Nata sangat pelan. Bahkan nyaris tak terdengar.

"Baik, ada yang bisa bantu Natasya? Kalau tidak ada, dia akan berdiri di luar kelas sampai pelajaran usai." Bu Ajeng segera melempar pandangannya kepada murid-murid yang lain di semua penjuru kelas. Lalu dua tangan mengacung di udara secara bersamaan.

"Saya bisa bantu bu." Lagi-lagi bersamaan.

Alfan dan Ifan di sana.

Keduanya saling bertukar pandangan dengan tangan mereka yang masih tetap dalam posisi semula. Begitupula dengan Nata, ia juga menatap keduanya bergantian. Gadis itu berharap bu Ajeng akan memilih Ifan untuk membantunya.

Namun, harapan hanyalah sekedar harapan. Harapannya terasa sangat pupus saat mendengar sebuah nama yang ditunjuk oleh bu Ajeng.

"Ya, Fiyata Alfan silakan maju ke depan."

Lantas cowok itu berjalan sangat santi menyusul Nata di depan. Ia bahkan melempar senyuman kepada gadis yang sedang menantikan bantuannya dengan penuh harap.

Nata segera membuang pandangannya ke sembarang arah, tidak mau menatap, atau bahkan meliriknya saja ia tidak mau.

Sudah 15 menit Alfan mengerjakan soal di papan tulis dan sudah 15 menit pula Nata samasekali tidak melirik orang yang membantunya itu. Ia amat sangat pasrah dengan hasil yang Alfan kerjakan.

I'm Into You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang