Duapuluh Satu - Home Sweet Home

130 13 5
                                    

"Buat apa sih gue marah," gerutu Nata yang sedang melangkah kecil di atas trotoar.

Udara malam yang dingin, ditambah jalanan yang sangat sepi membuat beberapa Nata merinding sesekali. Mengingat bahwa ia tidak tahu akan kemana langkahnya terhenti.

Nata hanya menikmati tiap langkah yang ia buat. Mungkin akan jauh lebih baik dibandingkan harus melihat cowok itu mengabaikan dirinya.

Beberapa kerikil dengan sengaja ia tendang ke sembarang arah. Jaket yang dikenakannya juga terus ia rekatkan ke tubuh. Bunda bilang, angin malam hari sangat tidak bersahabat dengan tubuh. Namun ini semua tidak akan terjadi jika seandainya cowok itu bersikap tidak seperti biasanya di hadapan Nata.

'Ah, masa bodo. Alfan nggak penting buat gue!'

Langkah Nata perlahan mulai mengecil hingga akhirnya terhenti saat menyadari sebuah sorotan cahaya dari arah belakang kian lama terasa semakin mendekat. Perasaannya menjadi takut tidak karuan.

 Perasaannya menjadi takut tidak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiin. Tiin.

Sebuah mobil sport putih berhenti tepat di sebelah Nata berdiri. Bingung dibuatnya, Nata menoleh perlahan ke dalam mobil. Mencari tahu siapa pengemudi mobil tersebut.

Kaget, bingung, senang dan bahagia yang Nata rasakan saat ini. Seseorang dari dalam mobil tersebut membuka kacanya, kemudian tersenyum hangat. Sebuah senyuman yang selalu Nata rindukan belakangan ini.

Orang itu menyuruh Nata untuk masuk dan duduk di kursi penumpang sebelahnya.

"Lama nggak ketemu," ujarnya lagi-lagi sambil tersenyum.

*****

Esoknya, grup line Calon Orang Sukses Amin lebih ramai dari biasanya. Setelah bel pulang sekolah nanti, mereka berencana akan melepas penat di rumah Difa seperti biasa.

"....orang yang selama ini gue tunggu, akhirnya balik lagi." Begitu akhir cerita Nata yang ia curahkan kepada Friska. Saat jam pelajaran kosong tadi, mereka langsung kabur ke kantin.

"Alfan?"

"Jelas bukanlah," jawab Nata tersenyum sumeringah. Friska sendiri bingung dengan temannya itu. Sebab, yang dilakukan Nata sejak tadi hanyalah tersenyum dan tersenyum. Tingkahnya hari ini sunggu aneh tak terduga.

Nata menyuapkan kentang goreng pesanannya ke dalam mulut, kemudian tersenyum ─lagi. Begitu seterusnya hingga tidak terasa kentang goreng yang ia pesan sudah habis dilahap.

Detik-detik sebelum bel istirahat berbunyi, kedua gadis itu sudah melarikan diri kembali ke kelas. Sebelum suasana kantin menjadi sesak tak terkontrol.

Namun, sangat tidak disangka bahwa kantin yang mereka pikir akan ramai layaknya hari-hari biasa, kini justru terlihat sepi tak ada pengunjung. Hanya segelintir orang yang keluar masuk membeli makanan ringan beserta minuman botol.

I'm Into You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang