Tujuhbelas - Quality Time

126 15 6
                                    

Spacetival sudah berlalu hampir memasuki minggu kedua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Spacetival sudah berlalu hampir memasuki minggu kedua. Sekarang sudah waktunya libur sekolah setelah melewati berbagai macam ujian. Namun Nata tidak memiliki semangat untuk liburan kali ini. Banyak hal yang membuatnya merasa hari-harinya menjadi buruk.

Setelah bangun dari tidur, ia langsung bergegas ke balkon. Dengan muka bantalnya, ia melamun. Terkadang masih ada sedikit cacian yang ia keluarkan saat teringat kejadian malam itu. Malam setelah aski turun dari pangung yang mana banyak disaksikan banyak orang.

"Gue harus apa? Gue harus gimana?" runtuknya lagi dan lagi. Selalu begitu setiap kali ia mengingat hari itu.

Flashback on.

Malam yang sebelumnya ramai, tiba-tiba menjadi sepi. Itu karena Nata lebih memilih untuk mengasingkan diri dari keramaian di lapangan sekolah. Sebelumnya iya tidak mengerti mengapa dengan lancang kakinya turun dari pangung. Itu semua di luar dugaannya dan terjadi secara tiba-tiba.

Kaki Nata berhasil menyeretnya ke halaman belakang sekolah. Yang Nata butuhkan sekarang hanyalah pergi menjauh dari kerumunan, lantas tidak ada seorangpun yang dapat melihat keberadaannya saat ini.

Samar-samar lagu Over and Over Again masih dapat terdengar di telinga Nata. Entah mengapa pikirannya mulai gusar saat mengingat betapa bodohnya dia pergi dari atas pangung sana. Bagaimana nantinya jika ia harus menerima berbagai cacian dari orang-orang? Terutama setelah ia melakukan hal di luar dugaan tadi kepada seorang cowok most wanted Angkasa.

'Dasar Natasya bodoh!'

Sebelum semua itu terjadi, ia harus mencaci dirinya sendiri terlebih dahulu. Begitu menurutnya.

'Nggak seharusnya gue ngelakuin hal bodoh seperti tadi! Nggak seharusnya gue turun dari panggung! Dan nggak seharusnya gue buat Alfan malu! Bodoh! Bodoh!'

Runtuknya dalam hati. Ia sangat menyesali perbuatannya. Bagaimanapun juga hal itu sudah berlalu. Sambil mengacak-ngacak rambut panjangnya, Nata terus mencaci dirinya dalam hati.

'Yang gue pikir tadi hanyalah bagaimana caranya agar Alfan berhenti berharap sama gue, karena gue udah punya Deva. Dan gue nggak bisa berpikir lebih jernih lagi setelah itu.'

Tangan yang terus menjambak kecil rambutnya tiba-tiba tertahan dengan sendirinya. Bukan, bukan karena sebuah magic. Melainkan karena tangan tersebut berhasil ditahan oleh sebuah tangan yang lebih kuat dibandingkan dirinya yang sedang rapuh.

Nata menatap orang itu sendu setelah ia menaikan pandangannya. Dengan sisa air mata yang membanjiri pipinya, orang tersebut menghapus air mata Nata dengan sebuah sapu tangan yang ia keluarkan dari saku celananya. Lalu orang itu tersenyum hangat kepada Nata. Tidak terlihat kekecewaan sama sekali di matanya. Yang Nata lihat hanyalah sebuah kehangatan.

Ya, Dia adalah Alfan ─yang mana tadi menyanyikan sebuah lagu untuknya.

"Gue pikir lagu tadi bisa jadi kado tersepesial buat lo. Soalnya kemarin gue nggak sempet ngasih kado ulangtahun buat lo. Tapi ternyata ekspektasi gue salah, ya? Lo nggak suka 'kan? Mungkin cara gue basi atau seharusnya lo pengin yang ngelakuin itu semua bukan gue, tapi Deva. Ya 'kan, Ta?" Senyum hangat itu masih terlukis manis di wajahnya. Membuat hati Nata terasa semakin merasa bersalah tidak karuan.

I'm Into You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang