Nara berlari kecil menuruni tangga sekolah. Ia baru ingat kalau punya janji makan siang bersama Nazry. Sudah 10 menit ia telat. Kali ini, dengan gagah berani Nara meluncur turun melalui pegangan tangga. Sangat berbahaya. Ia tahu itu. Tetapi ia senang melakukannya.
"Astaga Nar! Gila lo!" Teriak Shirin ketika Nara melesat turun di dekatnya.
"Sori! Buru-buru!" Seru Nara. Shirin hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya itu.
Gadis berambut hitam itu pun berlari menembus panasnya sinar matahari. Beberapa murid memperhatikannya dengan pandangan aneh. Tetapi tidak ia pedulikan. Akhirnya ia tiba di gerbang sekolah. Dengan napas yang tersengal, Nara menepuk pundak Nazry yang sedang berdiri membelakanginya.
"Hh.. Hei! Ma.. af.. telat.."
Nazry tertawa ketika melihat Nara yang bersimbah keringat. Gadis itu kini menguncir rambutnya agar tidak terlalu panas.
"Lo lucu kalo kepanasan, hahahaa! Kita naik mobil kok. Tenang. Adem." Nazry merangkul pundak Nara dan menuntunnya berjalan ke mobil. Nara menurut saja. Kegiatan berlari-cepat-dan-meluncur sangat menguras energinya kali ini.
Mobil hitam Nazry terparkir rapi di bawah sebuah pohon rindang. Cowok itu membukakan pintu dan menyuruh Nara untuk masuk terlebih dahulu. Kemudian ia berputar lalu duduk di belakang kemudi.
"Lo udah punya SIM?" Tanya Nara langsung.
"Belom. Kenapa?" Nazry melajukan mobilnya.
"Oh, gakpapa."
Nara teringat akan perkataan Radit kemarin.
Gua belom cukup umur. Gua gak mau ngelanggar peraturan."Nar, kalau misalnya gua nembak lu, lu terima gak?"
Nara menoleh tidak percaya. "Tergantung."
"Kenapa?"
"Tergantung. Kalau gue gak sayang sama lo masa gue terima?"
Jawaban Nara membuat Nazry bingung. Nara benar-benar berbeda. Tidak seperti gadis lainnya yang jika ia sapa saja langsung jingkrak-jingkrak tidak karuan.
"Kena lo! Jangan ngelamun kalau lagi nyetir." Nara menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Nazry.
"Iyaa, Tuan Putri."
Tiba-tiba Nazry menggenggam tangan Nara. Gadis itu terkejut. Awalnya ia ingin berteriak, APAANSIH MEGANG MEGANG! tetapi niatnya terkurung ketika ia merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari tangan Nazry. Nara melirik laki-laki di sebelahnya. Nazry tidak berkata apa-apa.
"Kadang, cowok brengsek sekali pun bisa jadi bego kalau lagi disebelah orang yang dia sayang." Kata Nazry. Ia menoleh sebentar kearah gadis yang duduk di sebelahnya.
Nara hanya menunduk. Ia tidak tahu kalau cowok nakal seperti Nazry bisa berubah menjadi cowok baik nan romantis seperti ini.
"Jadi sekarang lo bego?" Tanya Nara dengan polosnya."Emangnya gua lagi di sebelah orang yang gua sayang?"
Nara tergagap, "E- enggak sih.."
"Hahahaa, iyaa sekarang gua lagi bego. Beneran."
Nara tertawa. Sesuatu yang aneh terasa di hatinya. Aduh Nar, inget Radit. Inget Radit, serunya dalam hati. Bagaimana pun juga ia menyayangi Radit.
- - - - - • - - - - -
Nazry memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Mereka sudah sampai di Apple n Co. Hanya butuh dua kali belokan dari sekolah untuk sampai ke sini. Nazry diam saja. Tidak membuka pintu. Melihat hal ini Nara bertanya, "Kok gak turun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aderyn
Teen FictionTidak perlu sesuatu yang romantis, cukup mengobrol lewat jendela saja aku sudah senang. Tidak perlu restoran mewah nan eksotis, aku tetap bahagia pergi ke warteg asalkan bersama dirinya. Tidak perlu cincin berlian yang berkilau sebagai janji, dengan...