[10]-Pergi

4.2K 343 3
                                    

Radit terkejut kala ia melihat Nara di seberang sana. Lebih terkejut lagi saat menyadari bahwa Nara tidak sendirian. Gadis itu bersama dengan seorang cowok. Dan Radit yakin, cowok itu berengsek jika dilihat dari gayanya.

Kini tatapannya tertuju pada Nara. Radit dapat melihat jelas bahwa Nara sedang menahan tangis. Tiba-tiba gadis itu berdiri, dan entah kenapa Radit juga langsung berdiri lalu berjalan ke arahnya. Dengan cepat ia memeluk gadis itu. Erat.

- - - - - • - - - - -

Nara yang belum siap menerima pelukan tiba-tiba itu hanya bisa terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki ini.

Pelukan Radit terasa sangat nyaman. Perlahan, Nara membalas pelukannya. Ia membenamkan kepalanya di pundak Radit, dan menangis disana. Kini Nara berharap waktu segera dihentikan. Biarlah ia seperti ini. Sebentar saja. Atau kalau perlu, selamanya? Mungkin saat ini Lintang dan Nazry sedang memandangi mereka tidak percaya. Atau semua orang di cafe ini? Entahlah.

"Maaf," Radit berbisik tepat di telinganya. "Jangan nangis, Nara."

Nara tetap terisak. Sakit sekali rasanya melihat Lintang sedang duduk bersama Radit tadi. Ia tidak menyangka kalau Lintang akan berbuat seperti itu.

Nara telah dibuat kecewa. Dua kali.

"Sstt, jangan nangis." Tangan Radit tergerak untuk mengelus rambut hitam Nara. Sekarang gadis itu mendongakkan kepalanya. Menatap Radit tanpa berkata apa-apa.

"Jangan nangis ya? Ratu?"

Nara mengangguk. Ia melepaskan pelukannya. "Gue mau pulang." Katanya pada Nazry.

Nazry yang sedikit terkejut dengan permintaan Nara, akhirnya mengangguk. Cowok itu mengambil kunci mobil lalu menuntun Nara untuk berjalan keluar.

Melihat hal itu, Radit hanya bisa terdiam. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Berusaha menahan emosi yang sedang melunjak. Cowok itu menoleh ke arah Lintang yang kini menatapnya.

"Sejak kapan lu kenal dia?" Tanya Radit.

"Dia temen gue."

Tanpa pikir panjang, setelah mendengar jawaban Lintang, Radit berjalan keluar. Meninggalkan seorang gadis berambut cokelat. Gadis itu menangis. Sendirian.

- - - - - • - - - - -

N A R A

"KENAPA? KENAPA MEREKA SELALU NGAMBIL SEMUANYA DARI GUE?!"

Gue benar-benar kecewa. Ternyata sahabat-sahabat gue jago banget nikungnya. Mereka emang fake friend sejati. Gue akui itu.

Sehabis Nazry nganterin gue pulang, gue cuma mengurung diri di kamar gak peduli pukul berapa sekarang. Kak Rio udah berusaha membujuk gue buat keluar, tapi beginilah. Gue gak akan keluar sebelum perasaan ini membaik.

"Nara, kamu kenapa?"

Tuhkan sekarang pakai jurus Kak Rafi.

Kak Rafi adalah kakak yang paling dekat sama gue. Semua curahan hati gue, selalu gue ceritain ke dia. Dia itu pendengar yang baik. Dan yang paling gue suka, Kak Rafi bisa memberi solusi yang bijak dan itu sangat membantu.

"Nara? Cerita sini."

Gue menggeleng walau tahu kalau Kak Rafi gak mungkin ngeliat gue.

AderynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang