[21]-Bohong!

3.2K 327 9
                                    

Radit memarkirkan motornya di halaman rumah Lintang. Tangan kanannya membawa setangkai bunga mawar berwarna merah. Ia mengetuk pintu tiga kali. Terdengar derap kaki menghampiri pintu. Dan kini ia telah berhadapan dengan seorang gadis berambut cokelat yang sedang tersenyum lebar.

"Hai!" sapa gadis itu.

"Buat yang lagi kangen sama Radit," Radit memberikan setangkai bunga mawar yang ia bawa. Senyum Lintang memudar sejenak.

"Kamu lupa?"

"Lupa apa?"

"Aku sukanya bunga lily," Lintang tertawa kecil. "Tapi gakpapa, aku juga suka mawar. Ayo masuk!"

Radit termenung. Sudah berapa banyak hal yang dia lupakan tentang Lintang?
"Maaf, Lin."

Lintang menoleh, "Gakpapa, ayo masuk. Tadi aku habis bikin kue sama adek-adekku. Kamu harus coba."

"Adek..?"
Sejak kapan Lintang punya adek?

"Yap!"

Radit mengekor di belakang Lintang memasuki rumah. Walaupun tidak terbilang besar, rumah ini mampu membuat siapa saja penghuninya merasa nyaman. Tatanan ruangnya sangat rapi. Sepertinya Lintang dan Ibunya membereskan rumah ini setiap hari.

Lintang berbalik menatap sosok tinggi Radit di belakangnya. Matanya memicing seperti sedang memindai sesuatu.

"Muka kamu kenapa? Ancur banget." tanya Lintang setelah menemukan luka lebam di ujung bibir dan ujung mata Radit.

"Tadi ketabrak kucing terbang bawa IPad,"

"Gak lucu."

"Serius." Radit mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk angka dua. "Duarius deh."

Bibir Lintang maju setengah senti. Gadis itu menghembuskan napas sebal, "Terserah. Kamu duduk aja di depan tv, aku ambil kuenya dulu."

Radit menurut. Ia berjalan menuju ruang tengah dan langsung menghempaskan diri di sofa. Tangannya bergerak mencari remote tv yang mungkin terselip di antara bantal-bantal. Namun gerakannya terhenti ketika ia menyentuh sesuatu.

Diambilnya benda itu. Buku cerita anak-anak. Buku itu terlihat familiar di mata Radit. Namun ia hanya mengedikkan bahu tidak peduli.

"Itu punya adek aku," Lintang meletakkan sepiring besar kue lapis yang ia buat di atas meja kecil.

"Panggilin dong. Aku pingin main bareng mereka. Kayaknya aku gak pernah ketemu mereka deh, Lin."

Lintang memutar otak untuk mencari alasan yang logis, "Eh? Mereka baru aja main ke rumah temennya."

"Oh yaudah, kita berdua aja disini ya?"

Rona merah perlahan muncul di kedua pipi gadis berkulit pucat tersebut, "Mau modus yaaa??"

"Idih, ogah kali. Selera Radit mah tinggi. Gak segini," cibir Radit.

"Terserah."

"Yeh ngambek. Baper."

"Terserah."

"Jelek kalo ngambek kayak gitu."

"Terserah."

"Yaudah terserah." Radit mengambil sepotong kue lapis dan memakannya dengan lahap.

Lintang jago juga masaknya.

"Enak gak?" Lintang menatap Radit khawatir.

"Enak koook, biasa aja kali mukanya,"

"Yeesss!" tangan gadis itu terkepal ke atas.

AderynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang