Radit menatap kosong kedua ujung sepatunya. Mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya dalam diam.
"Len, kamu udah setuju sama perjanjian ini. Kamu yang bilang kalau saya urus dua anak, kamu urus dua anak. Saya tau Radit gak mau ikut saya. Tinggal Fina, Nayla, dan Bintang. Dan saya ngerti Bintang masih bayi, masih butuh kasih sayang kamu. Jadi, saya minta Fina dan Nayla ikut sama saya. Itu saja. Sudah."
Lena menangis. Tidak menanggapi penjelasan mantan suaminya. Dipeluknya Bintang yang tertidur pulas digendongannya. Fina dan Nayla duduk di pangkuan Radit. Semua diam. Tidak ada yang menanggapi.
"Fina, Nayla, kalian juga akan punya kakak nanti. Bunda Lea punya satu anak yang lebih muda satu tahun sama Radit. Dia perempuan. Ayah yakin kalian pasti cocok sama dia." Aditya- ayah Radit tetap berusaha membujuk Fina dan Nayla. Tetapi kedua gadis kecil itu tetap menggeleng.
"Ayah," Radit angkat bicara.
"Satu tahun lagi. Tolong. Kasih Radit kesempatan buat lebih lama bareng sama Fina, Nayla. Radit sayang sama mereka, Yah.."
"Ayah sayang sama anak-anak ayah. Tapi-"
Radit menyela, "Kalo Ayah sayang, kenapa Ayah pergi tinggalin kita?"
Hening.
"Radit tau rasanya sayang sama dua orang yang berbeda. Ayah sayang sama Bunda dan Tante Lea kan? Ayah sayang sama mereka berdua. Habis itu Ayah bingung harus apa. Mau gak mau Ayah harus melepas salah satunya,"
Radit menarik napas panjang, "dan sekarang Ayah udah memilih. Ayah melepas Bunda. Radit tau, Ayah sama Bunda udah buat perjanjian ini. Tapi tolong Yah, Radit masih mau keluarga ini utuh walaupun tanpa Ayah. Radit masih mau coba bantu Bunda buat menghidupi keluarga ini. Radit-"
"Sudah, Radit." Lena menengahi.
"Beri Ayah satu bulan buat tinggal sama Fina dan Nayla. Habis itu Ayah kembalikan mereka."
Radit memandang Bunda yang tampak sedang berpikir. Wanita berumur empat puluh tahunan itu akhirnya mengangguk setuju. Senyum Aditya mengembang. Matanya memancarkan kebahagiaan tiada tara.
Nayla langsung menatap Bunda tidak setuju, "Tapi Bun, Nayla gak mau. Nayla mau sama Bunda."
"Nayla, kan cuma satu bulan. Kamu nanti bakal dapet kakak baru. Pasti Nayla senang. Nayla mau ya?" Bunda membujuk Nayla.
"Nanti kakak pasti dateng tengokin Nayla." tambah Radit.
Akhirnya kedua gadis kecil itu mengangguk. Mereka melompat dari pangkuan Radit menuju ke dalam pelukan ayah mereka.
"Kalian gak usah bawa baju, di sana ada baju bekas kakak kalian." Aditya menciumi kepala anak-anaknya satu persatu.
"Saya pulang dulu. Makasih sudah mau mengerti saya," Aditya menatap mantan istrinya, "Saya harap kamu mau memaafkan saya."
"Saya selalu memaafkan kamu, Ditya."
Bunda dan Radit mengantar mereka sampai ke depan rumah. Bintang masih tertidur pulas. Seulas senyum terukir di bibir mungilnya.
Aditya mencium bayi kesayangannya itu, "Sampai jumpa, anakku."
Perlahan, air mata Radit menetes tanpa bisa dicegah. Ia tahu bagaimana posisi ayahnya. Ia mengerti perasaan ayahnya. Ia yakin ayahnya sedang bingung. Ayahnya menyayangi dua orang yang berbeda. Dua orang itu sangat berarti baginya. Sama seperti Radit. Radit menyayangi dua orang yang berbeda. Dan sekarang Radit bingung siapa yang harus ia lepaskan.
- - - - - • - - - - -
a.n.
Ini part terpendek di cerita Aderyn! Satu pertanyaan sudah terjawab. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang menanti yeey! Gimana menurut kalian cerita ini? Ngebosenin ga?
Btw makasih banyak buat yang mau luangin waktu buat baca cerita ini:') makasih buat yang udah vote! dan para silent reader, gw harap kalian juga mau pencet tombol bintang di setiap part<3
I Love You all!
Nee02.2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Aderyn
Teen FictionTidak perlu sesuatu yang romantis, cukup mengobrol lewat jendela saja aku sudah senang. Tidak perlu restoran mewah nan eksotis, aku tetap bahagia pergi ke warteg asalkan bersama dirinya. Tidak perlu cincin berlian yang berkilau sebagai janji, dengan...