Hari-hari berlalu seperti biasa. Semua orang sudah tahu perihal dirinya dengan Nazry yang sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Berita itu langsung tersebar luas di sekolah. Tak jarang Nara melihat beberapa murid perempuan bernapas lega kala mereka mendengar kabar tentang Nazry dan Nara.
Nara sendiri merasa lega. Tidak ada beban yang harus ia penuhi untuk laki-laki itu. Ia tidak akan merasa bersalah lagi jika dirinya berjalan-jalan dengan Radit.
Siang ini, seperti biasa sepulang sekolah Nara, Lintang, dan Ony- ditambah Darian dan Nazry kadang-kadang, bermain di rumah Ony. Ya mereka semua telah berbaikan. Semuanya kembali normal. Bahkan saking normalnya sampai tak ada yang tahu kabar Radit saat ini. Cowok itu tidak pernah menampakkan dirinya setelah kejadian di rumah Lintang beberapa hari yang lalu.
Jujur saja. Nara rindu. Tidak. Nara sangat merindukan laki-laki itu. Oke. Ia bisa saja melompat keluar dari jendela kamarnya ke jendela kamar Radit untuk sekadar bertemu dan mengobrol dengan cowok itu. Namun belakangan ini rumah itu tampak sepi.
"Nara! Woy! Lo bengong aja daritadi," Ony menatap sahabatnya curiga. "Mikirin apaan lo? Atau.. mikirin siapa lo?"
"Palingan Radit," sahut Darian santai.
"Nah! Kata gua juga Radit!" Nazry.
"Telepon gih, Nar. Kan lo punya contact Line nya," Lintang.
Nara menatap keempat temannya sambil meringis geli, "Sayangnya dia gabales Line gue."
"Wow."
"Oh.."
"Misterius."
"Aneh."
Nara menghembuskan napas. Radit benar-benar lenyap. Hilang begitu saja. Tanpa kabar. Tanpa jejak.
"Ke pantai yuk, guys?" Ony tiba-tiba berseru. Semua mata kini beralih pada gadis bule itu.
"Brilliant, My Princess!"
"Eh? Tunggu. Gabisa gitu. Lo sama Darian. Lintang sama Nazry. Gue sama siapa? Nyamuk?" Protes Nara. Saat ini Lintang dan Nazry sedang dekat. Entah karena apa, tetapi Nara senang mengetahuinya.
"Radit Angkasa." Darian menjawab.
"Tapi kan dia ngilang. Gatau kemana. Masa iya gue nyari dia dulu, ngaduk ngaduk tong sampah?"
"Gue yakin dia bakal nongol bentar lagi. Dia gak akan bisa lama jauh-jauh dari lo, Nara." Lintang menenangkan. Kenyataan kalau sejak dulu Radit lebih menyanyangi Nara dibandingkan dirinya tidak membuat Lintang bersedih sedikit pun. Kini dia paham. Cinta tidak bisa saling memaksakan.
"Gue harap begitu. Makasih, Tang."
"Jadi? Kita jadi ke pantai gak?" Ony kembali memulai percakapan. "Gue butuh laut."
Mendadak raut muka Darian berubah. Bibirnya mengerucut, "Jadi kamu gak butuh aku?"
Ony menghadiahi Darian sebuah jitakan halus di kepala, "Lebay bin Alay!"
Semua tertawa melihat adegan lucu mereka. Ony dan Darian memang sangat serasi. Keduanya saling menyayangi tentu saja. Namun yang membuat mereka berbeda dari pasangan yang lain adalah bagaimana cara mereka memahami satu sama lain. Bagaimana mereka saling percaya dan saling memaafkan apabila salah satunya berbuat salah. Bagaimana mereka saling berjuang untuk tetap mempertahankan hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aderyn
Teen FictionTidak perlu sesuatu yang romantis, cukup mengobrol lewat jendela saja aku sudah senang. Tidak perlu restoran mewah nan eksotis, aku tetap bahagia pergi ke warteg asalkan bersama dirinya. Tidak perlu cincin berlian yang berkilau sebagai janji, dengan...