Pagi ini, Nara dikagetkan oleh Lintang yang sudah duduk rapi di tempatnya. Ini hal yang tidak biasa. Biasanya gadis itu baru datang lima menit sebelum bel masuk dibunyikan.
"Eh Lintang! Tumben banget lo? Abis mimpi apa semalam?" Ucap Nara usil.
Lintang tersenyum kecil, "Iseng aja. Pengin nyoba dateng pagi,"
"Oalahh.."
"Eh Nar,"
"Apa?"
"Lo.. Pernah ngobrol sama Radit gak?" Tanya Lintang hati-hati.
Seketika Nara tersenyum lebar mengingat sosok laki-laki itu, "Pernah lahh.. Dua minggu lalu gue diajak dia makan di warteg malah! Dia baik banget!"
Ekspresi Lintang tetap datar. Tetapi Nara tidak menyadari bahwa perasaan sahabatnya itu sedang tidak karuan.
"Dia ngomong apa aja?""Banyak! Semalam dia dateng ke rumah gue ujan-ujanan cuma buat bilang kalo dia kangen gue. Itu cowok penuh kejutan gitu, Tang!" Nara semakin semangat bercerita.
"Oiya Nar, tugas kelompok biologi kita gimana jadinya? Gue pusing banget nyari definisi sama kesimpulan." Lintang langsung mengubah topik. Tapi Nara tidak begitu peduli. Pikiran gadis itu masih dipenuhi oleh bayang-bayang seorang Radit.
"Oh kalau gitu-"
"NARAAA! ASTAGA NAR LO HARUS IKUT GUE SEKARANG!" Fani langsung menarik tangan Nara yang belum selesai bicara keluar kelas.
"Kenapa, Fan?" Tanya Nara bingung.
"DARIAN BARUSAN NEMBAK ONY! LO HARUS LIAT!"
Hati Nara langsung mencelos. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa sahabatnya berpacaran dengan mantannya sendiri? Bagaimanapun juga, Ony tahu kalau Nara masih mengharapkan Darian. Tapi?
Mata Nara langsung tak kuat menahan tangis kala ia melihat Darian yang sedang berfoto mesra dengan Ony. Kabarnya mereka sudah sah berpacaran.
Gue bukan siapa siapa. Gue gak pantes nungguin dia lagi. LO BUKAN SIAPA SIAPA NAR! CAMKAN ITU!
Nara mengepalkan kedua tangannya. Salah seorang sahabatnya baru saja mengkhianati dirinya. Ia sudah tak kuasa menahan tangis. Gadis itu langsung berjalan menjauhi keramaian di koridor sekolah. Tak tahu mau kemana, Nara pun melangkahkan kakinya keluar sekolah berhubung gerbang belum ditutup. Ia tidak ingin sekolah hari ini. Biarkan saja tasnya tertinggal di kelas. Ia harus pergi.
Gadis itu berjalan menyusuri jalan raya dengan kepala tertunduk. Beberapa tukang ojek tak ayal menggodanya kala ia melewati pangkalan mereka. Namun ia tidak peduli. Ia terus berjalan sampai akhirnya tiba di taman kota.
Nara duduk di atas rumput dengan bersandar pada sebatang pohon. Ia menangis disana. Sendirian.
Tanpa ia sadari, seseorang datang dari jauh dan ikut duduk di sebelahnya.
"Nara gak boleh nangis." Kata orang itu.
Nara mengangkat kepalanya. Matanya yang sembap terbelalak tidak percaya. Bagaimana bisa dia ada disini?
- - - - - • - - - - -
Rencananya, ia akan bergegas untuk pergi ke sekolah hari ini. Tapi disaat ia melihat gadis itu berjalan sendirian di pinggir jalan, seketika itu juga ia mengurungkan niatnya. Radit mengikuti gadis itu diam-diam. Hatinya tergores kala ia melihat Nara sedang menangis di bawah pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aderyn
Novela JuvenilTidak perlu sesuatu yang romantis, cukup mengobrol lewat jendela saja aku sudah senang. Tidak perlu restoran mewah nan eksotis, aku tetap bahagia pergi ke warteg asalkan bersama dirinya. Tidak perlu cincin berlian yang berkilau sebagai janji, dengan...