[11]-Rasanya Sepi

4.1K 330 20
                                    

Nara merasa tubuhnya diguncang-guncangkan dengan kencang. Pipinya dipukuli tanpa henti, walau tak terasa sakit. Samar-samar terdengar teriakan khas kedua kakak kesayangannya.

"Woi kebo! Bangun!" Rio.

"Naraa, ayo bangun dong!" Rafi.

"Lo telat, suer dah!"

"Udah jam segini, Nar."

"BANGUN GAK LO!"

"Jangan dibentak Naranya!" Rafi menoyor kepala Rio.

Puas mendengarkan ocehan kedua kakaknya, Nara membuka matanya. Memicing sebentar kemudian kembali normal. Gerakan Rafi dan Rio terhenti. Gadis itu nyengir kuda. "Gue mau ketawa dengerin lo berdua."

Rafi mengusap wajahnya lega. "Akhirnya Ya Tuhan, adek saya bangun juga!"

Seketika Nara melotot dan berteriak, "JAM BERAPA SEKARANG?!"

"Lebih tepatnya lo udah ketinggalan pelajaran pertama." Cetus Rio.

Tanpa aba-aba Nara langsung melompat turun dari tempat tidur. Tangannya dengan gesit mengambil handuk dan seragam sekolah. Kemudian, ia melesat masuk ke kamar mandi. Terdengar beberapa barang berjatuhan di dalam sana. Rafi dan Rio hanya dapat menggelengkan kepala.

Tak sampai sepuluh menit Nara sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Tidak perlu berdandan atau apapun itu, yang penting sekarang adalah ia harus segera sampai ke sekolah. Sebelum Nara meminta Rio untuk mengantarnya, gadis itu teringat akan Nazry yang ingin menjemputnya.

"Kak, ada temen Nara yang kesini gak tadi?"

"Ada tuh, masih nunggu di depan. Makanya jangan tidur lama-lama. Emangnya Sleeping Beauty."

Nara melongo tidak percaya. Nazry masih nungguin gue? Sampai jam segini? Nara segera membuka pintu rumah dan benar saja, mobil hitam Nazry yang diam-diam sudah Nara hapal masih terparkir di depan rumahnya.

"Lo masih nungguin gue?", tanya Nara langsung. "Ini udah jam 9,"

Nazry tersenyum. "Biarin lah! Daripada lu dihukum sendirian??"

Oke. Kali ini Nara merasa aneh. Ada sesuatu yang terasa, berdesir di hatinya.

Ah inget Radit.

Eh? Kan udah ada Lintang, Nara meringis memikirkannya.

"Oh.. Yaudah ayo berangkat."

Selama perjalanan, tidak ada satupun yang bicara. Keheningan mendadak datang menyerbu. Canggung. Untuk mengurangi kecanggungan, Nara menyalakan radio.  Lagu Over Again dari One Direction pun mengalun merdu.

"Ry?" Panggil Nara.

"Hm?"

"Menurut lo, gue gimana?"

"Lu.. cantik, baik, rada aneh-"

"Enggak. Maksud gue, setelah kejadian kemaren gue harus gimana?"

"Jadi pacar gua?"

Nara terkesiap sekaligus takjub, "Woow.. wow, gue gak nyangka lo bakal jawab gitu. Gue malah pernah kepikiran buat jadi-"

"I'm in love with you, Nara Aderyn. And I don't know why."

Seketika tubuh Nara membeku. Apa-apaan ini?

AderynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang