[Prolog]

10.8K 742 176
                                    

BEJANA HEROES. Enam orang remaja SMA dengan kejiwaan sedikit terguncang dan tingkat alay diluar batas normal.

Wydi, sering katarak kalau matanya ga ngeliat cogan.

Dry, selalu meraung kapanpun dan dimanapun.

Tink, Bopung sih tapi dia pacaran sama Kak Rios sang penjaga kantin yang terkenal dengan bibir eksotisnya.

Naya, selalu terkapar kalau ada cogan melengang lewat di hadapannya.

Sabil, aneh-aneh gaul, kaya nano-nano gitu.

Dals, setia melafalkan dzikir saat keimanannya terguncang karena Hot Cogans.

H a j i M e n d e s

Wydi's

Tepat pada saat jam istirahat, dengan wajah tampan-tampan serius, Shawn dateng dan bilang kalau ada sesuatu penting yang mau dia omongin. Raut wajahnya begitu serius sampe kita ga sanggup buat nolak. Yaudah akhirnya gue dan yang lain memutuskan untuk berkumpul di taman belakang sekolah, sesuai dengan apa yang Shawn minta.

Kita duduk membentuk lingkaran di atas rerumputan, dan Shawn berdiri tepat di bagian tengah, masih dengan raut wajah seriusnya.

"Wydi?"

"Dry?"

"Cam?"

"Dals?"

"Sabil?"

"Tink?"

"Grey?"

"Nay?"

Panggil Shawn berturut-turut, belum pernah gue liat dia seserius ini. Biasanya di jam istirahat Shawn bareng Cam dan juga Grey main congklak di pinggir kantin, tapi sekarang beda.

"Kenawhy? Lo mau ngomong apaan?" tanya gue merasa gemas.

"Ngomong aja, biasanya juga lo suka ceplas-ceplos," lanjut Cam.

Para Bejana's cuma celingak-celinguk ga jelas nungguin penjelasan Shawn.

"Sebenernya gue--" Shawn mulai membuka suara, membuat gue dan yang lain langsung mengunci pandangan ke arah wajah tampan hakikinya.

"Sebenernya--".

Kita sampe ga ngedip dan ga napas nungguin Shawn ngomong.

"Sebenarnya--"

Dry udah mulai meraung-raung frustasi.

"Yaelah tinggal ngomong aja susah banget sih Kuya!" gerutu Greyson tak sabar.

Shawn memejamkan kedua mata dan menghembuskan napas pelan. Sepersekian detik kemudian matanya terbuka dan pria itu melanjutkan ucapan dengan nada berat.

"Gue udah yakin kalau gue mau masuk islam. Gue mau mempelajari agama islam," ucapnya mantap.

SUBHANALLAH!

Gue bergeming di tempat, kita semua menjelma menjadi patung pancoran dalam sekejap mata. Mulut kita menganga lebar, bahkan buat ngedipin mata pun ga sanggup. Sedari tadi gue ga ngedip sama sekali sampe mata ini udah mulai merah dan perih. Tetap seperti itu selama beberapa menit.

"Hey sadar! Ngedip! Napas! Kalian bisa terkapar mati," seru Cam sembari menepuk pundak kita satu persatu. Diantara kita semua, dia adalah orang yang duluan sadar.

Tubuh gue tersentak kaget dan berhasil mendapatkan kesadaran saat itu juga. Untung ada Cam, kalau engga mungkin bener kita semua akan mati dengan tragis di halaman belakang sekolah gara-gara lupa gimana cara buat nafas.

To be continued..

•••

Haji MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang