[47] Ujian Nasional

1K 130 22
                                    

"Mom ga nyangka kamu ngikutin jejak kakak kamu, Shawn."

"Kakak?" Shawn mengernyitkan dahi, rasa ingin tau memuncak dalam dadanya.

Mom terdiam, seakan baru menyadari kalo apa yang baru aja terlontar dari mulutnya adalah suatu kesalahan besar. Jeda sejenak, sebelum akhirnya dad mulai berdiri dan menatap tajam ke arah Shawn.

"Mulai detik ini kamu bukan anak kita lagi."

Shawn tertegun, dia mengulum tawa getir. Kedua kakinya terasa lemah dan mungkin akan ambruk dalam beberapa detik ke depan jika dia ga berusaha menguatkan diri.

Cam dan Grey ikut andil, "Om jangan bertindak terlalu gegabah disaat lagi emosi gini."

"Iya om, pikirin dulu baik-baik," tambah Greyson dengan suara lemah.

Shawn cuma bisa bungkam, ga ada kata-kata yang bisa dia ucapkan dalam situasi seperti ini. Semuanya terlalu rumit, satu-satunya yang bisa pria itu lakukan adalah menerima semuanya.

"Kamu beresin barang-barang kamu sekarang juga," ucap dad dingin dan menusuk.

Reaksi yang diberikan mom dan juga dad benar-benar diluar dugaan. Ia mengira bahwa kedua orangtuanya hanya akan memarahinya saja, bukan malah bertindak sejauh ini. Dad menatapnya geram, sementara mom masih terisak, ga mengeluarkan kalimat pembelaan sedikitpun.

"Dad akan menarik semua perkataan dad, asalkan kamu juga mau ngerubah keputusan barusan."

Shawn cukup memberikan anggukan singkat untuk merubah situasi kembali seperti semula. Tapi--keputusannya udah bulat, dia punya tekad yang begitu besar untuk mewujudkan semua itu. Dia udah pergi sejauh ini dan ga bisa kembali mundur ke belakang.

"Shawn, jangan ngambil keputusan terlalu cepet kaya gini," tukas Cam dengan tatapan sedikit memelas.

"Gue udah cukup lama mikirin ini semua Cam, gue udah pikirin ini baik-baik, dan--" Shawn memfokuskan pandangan ke arah kedua orang tuanya. "Mom.. Dad.. Maaf, tapi Shawn ga bisa ngubah keputusan ini."

Cam dan Grey menekuk wajah, kecewa. Mereka berdua berjalan mendekat ke arah Shawn secara bersamaan. "Gue kecewa sama lo Shawn. Dan maaf, kita ga bisa nepatin janji buat selalu ada di samping lo apapun yang terjadi. Kita berdua butuh waktu."

Cam dan Grey melengang pergi, diikuti keluarga mereka berdua yang merasa tak bisa ikut campur dengan urusan seserius ini.

Sedari tadi Shawn belum bergeser dari tempatnya barang satu jengkalpun. Dad menatap Shawn dengan pandangan yang tak bisa diartikan, lalu menunduk untuk membantu mom berdiri dari posisinya yang terduduk di atas lantai.

Semua pergi meninggalkan Shawn seorang diri, tak ada yang mengerti dirinya, tak ada yang menghargai keputusannya.

Dia menelan ludah susah payah, dadanya terasa sangat sakit dan untuk beberapa saat dia kesulitan bernapas.

Shawn mencoba membangun benteng-benteng keluatan dalam hatinya, dia pun berhasil mendapatkan kesadaran sepenuhnya. Shawn bergerak maju, dia berjalan menuju kamar dan mengemasi seluruh barang-barang dalam satu tas ransel yang cukup besar.

Pertarungan dimulai. Mulai hari ini dia akan menghadapi semua ini seorang diri. Mr. Marquez bener, semuanya mungkin akan terasa sangat sulit.

Haji MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang