Shawn
Gue memandang kosong ke arah jendela pesawat. Putihnya awan diluar sana berhasil ngebuat gue kembali teringat dengan kejadian beberapa hari lalu.
Flashback ON
Gue duduk termenung seorang diri di salah satu kursi taman belakang sekolah. Pikiran gue terus bergelut, hanya karena memikirkan arti dari sebuah mimpi, mimpi yang udah berhasil ngebuat gue terus termenung sepanjang hari.
"Shawn?"
Suara panggilan itu berhasil membuat tubuh gue tersentak dan tersadar dalam hitungan detik.
"Hehe kamu kaget ya?" lanjutnya sambil terkekeh pelan.
Gue menghembuskan napas panjang setelah menyadari bahwa orang yang datang adalah Mr. Marquez. Dia senyum, nepuk pundak gue pelan, lalu perlahan mendekat dan duduk di samping gue.
Hening beberapa saat, sampai akhirnya Mr. Marquez membetulkan posisi duduk dan menatap gue lamat-lamat. Gue pun menoleh dengan dahi berkerut samar.
"Ada apa?"
"Saya tau apa yang lagi kamu rasain sekarang," gumamnya serius.
"Maksudnya?" tanya gue, masih belum mengerti kemana arah pembicaraan kita berdua.
Mr. Marquez menaikkan kedua sudut bibirnya hingga membentuk seulas senyum, "Semuanya bakal baik-baik aja, ikutin apa kata hati kamu."
"Saya masih belum ngerti."
Mr. Marquez memandang lurus ke arah depan, "Shawn, saya pernah ada di posisi kamu beberapa tahun ke belakang."
Tak ada jawaban, gue masih bungkam, mencoba mencerna setiap kata yang terucap.
"Bahkan saya bisa langsung tau saat pertama kali liat tingkah aneh kamu di kelas tadi."
"Apa yang Mr. Marquez alamin beberapa tahun lalu?" tanya gue tanpa pikir panjang.
Mr. Marquez menghela napas berat, dia tersenyum getir.
"Ga banyak yang terjadi, saya hanya mencoba untuk jujur dan mengambil keputusan besar saat itu," Gue bisa merasakan kepedihan yang mendalam dari setiap kata yang terucap.
"Keputusan besar seperti apa?"
"Kamu bakal tau nanti, Shawn."
"Apa sekarang udah saatnya saya ngambil keputusan besar itu juga?"
"Pikirin baik-baik, mungkin ini bakal sedikit sulit nantinya. Tapi--" jeda beberapa saat, "Tapi saya yakin kamu pasti bisa melewati semua itu."
"Saya bakal bantu kamu," lanjut Mr. Marquez.
Walaupun sampai saat ini gue masih belum ngerti dengan setiap kata yang Mr. Marquez ucapin, tapi entah kenapa semua itu seakan bisa memberikan kekuatan dalam diri gue. Seiring berjalannya waktu, gue mulai mengerti.
Gue mengerti dan mendapatkan jawaban "Ya" dari setiap pertanyaan yang selama ini belum terjawab. Gue mengerti dan mendapatkan jawaban "Ya" dari mimpi-mimpi yang menghantui gue selama ini.
°°°
"Shawn?"
"Shawnn?"
"SHAWN THE SHEEP?"
Gue tersadar dan menoleh cepat ke arah sumber suara. Ya, siapa lagi yang berani manggil gue kambing kalo bukan Cam.
"Apaan?" ucap gue kesel.
Dia nunjuk ke arah samping, "Itu liat, teteh pramugari nanyain lo dari tadi, eh lo malah ngelamun terus."
Gue tersenyum canggung ke arah pramugari yang Cam maksud, "Ada apa teteh pramugari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Haji Mendes
HumorKalian bisa bayangin gimana jadinya kalo Shawn Mendes, Cameron Dallas, dan Greyson Chance yang sama-sama kece jadi murid baru di sekolah kalian? Itulah yang gue rasain sekarang. Wydi, sering katarak kalau matanya ga ngeliat cogan. Dry, selalu mera...