Marquez
"Mr. Marquez?" ucap Shawn terkejut, matanya terbelalak lebar. Berbagai macam roti di atas piring terbuang begitu saja, akupun tak kalah terkejutnya dengan Shawn.
"Ke--kenapa Mr. Marquez bisa ada disini? Di Kanada?" tanya Cam terbata-bata, masih mencoba untuk percaya.
"Ada sesuatu yang harus saya urus,kebetulan banget kita bisa ketemu disini," jawabku mulai kembali normal.
"Wah dunia emang bener-bener kecil," timpal Grey sembari berjalan mendekat dan mengelus pipiku penuh kerinduan. Dasar ga sopan!
"Kalian mau ngapain dateng kesini?" tanyaku kemudian.
Shawn merogoh ponsel di celana lalu memperlihatkan sesuatu di layar. "Kita bertiga mau ngelamar kerja."
Tanpa menunggu jawaban dariku, Shawn melanjutkan, "Saya udah ngambil keputusan besar itu, dan sekarang waktunya untuk berjuang sampai akhir."
Aku tertegun, mencoba mencerna kata demi kata dan kejadian yang terjadi, hingga aku menemukan suatu kenyataan bahwa dua orang yang telah melakukan kesalahan besar di masa lalu tak ingin mengulanginya lagi. Aku tertawa pelan, "Dari awal kamu ga berjalan sendirian, Shawn. Mereka berdua ada dan selalu ngawasin kamu."
"Mr. Marquez ngomong apaan sih? Saya kan ganteng, jadi otak saya sedikit lemot, tolong diperjelas," balas Shawn serius.
"Kalian laper?" aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Greyson ngangkat tangan tinggi-tinggi, "Ecen laper."
"Hari ini saya bakal traktir kalian rotii! Jangan mikirin lowongan kerjaan dulu, ayo duduk."
Dengan sorakan gembira mereka bertiga duduk dan mesen berbagai macam roti juga segelas caramel machiatto.
"Enak ini pasti," gumam Cam sembari memakan salah satu roti di piringnya.
"Cam, kenapa sih orang Indonesia kalo makan pake tangan kanan, bukan tangan kiri?" tanya Shawn tiba-tiba.
"Mana gue tau."
"Kalo lo, Grey?"
Aku tak menanggapi, hanya menyimak percakapan di antara mereka karena sama-sama tak tahu jawaban dari pertanyaan Shawn.
"Hmm kenapa ya?" Grey mikir sejenak.
"Ya biar bagus aja kali, kalo makan pake tangan kanan keknya lebih ada seninya gitu," lanjutnya.
"Salah," Shawn membantah.
"Terus?"
"Ya namanya juga makanan, jadi makannya pake tangan kanan. Kalo makiri baru pake tangan kiri."
"Hih pinter jug---"
"DIEM!!" ucapan Grey terpotong oleh teriakan Cam. Dia bangkit dari duduk dan menatap tajam ke arah Shawn.
"Shawn Mendes!"
"Lo kenapa Cam? Ada apa?"
Cam nunjuk ke arah piringnya yang udah kosong, "Liat! Roti gue ilang, pasti lo yang nyuri kan?" ucapnya berfire-fire.
Shawn terkejut, dia menggeleng kuat-kuat, "Bukan gue, roti gue aja belum abis, gimana bisa nyuri punya lo."
"Jangan bohonk! Pasti lo sengaja ngajuin pertanyaan tadi buat mengalihkan perhatian gue, dan saat gue lengah lo ngambil roti gue diem-diem."
"Lo kebanyakan nonton spongebob kali ya? Kok lo malah kaya si patrick yang ngira spongebob nyuri coklatnya sih?"
"Anjir iya, gue suka episode itu," Grey menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haji Mendes
HumorKalian bisa bayangin gimana jadinya kalo Shawn Mendes, Cameron Dallas, dan Greyson Chance yang sama-sama kece jadi murid baru di sekolah kalian? Itulah yang gue rasain sekarang. Wydi, sering katarak kalau matanya ga ngeliat cogan. Dry, selalu mera...