[51] Kehilangan (Lagi)

788 100 32
                                    

Tink

Bultaoreune! FIREE!!

Hari terakhir Ujian Nasional. Otak gue rasanya udah bener-bener ngebul dan gosong, panas semua panas. Soal yang paling bikin pusing adalah soal tentang perang dingin, mana gua tau apa itu perang dingin.

"TINK!!" gue berbalik dan ternyata suara pekikan itu berasal dari mouth Bejana Heroes.

"Guys!" sapa gue sekarat.

"Muka lo kaya pantat ikan teri, kusut amat," protes Sabil.

"Kenapa lo?" kali ini Dry nepuk jidat gue pelan.

"Otak gue panhas!"

Naya ngelus punggung gue pelan, "Sabar Tink sabar, lo harus tawakal sama Allah. Lagian ini hari terakhir kan, UN kita udah beres!!"

"Nay akhir-akhir ini idup lo makin bener aja ya, salut gue."

"Selaku manusia, kita harus selalu berubah menjadi lebih baik setiap harinya," balas Naya tanpa keraguan.

"Emang lo manusia?"

"Anggap saja begitu. Karena gue bernapas, itu artinya gue termasuk makhluk hidup."

"Weish Naya jadi kaya gini guys, rasanya gue pengen terkapar."

"Eh btw tadi kalian nemu soal tentang perang dingin ga?" tanya gue setelahnya, cuma sekedar mau memastikan aja sih jawaban gue bener apa engga.

Wydi ngacungin tangan antusias, "Gue nemu."

"Lo nemu?"

"Iya."

"Terus jawaban lo apa? Perang dingin itu apa?"

"Hmm gue juga ga tau pasti jawaban benernya."

"Menurut gue ga ada jawaban benernya tadi," Naya dengan perubahannya mulai membuka suara.

"Lah kok ga ada?"

"Perang dingin itu kan harusnya perang antara tukang es batu, tapi tadi ga ada jawaban yang kaya gitu."

DUARRRR!!!

Semua membeku. Gue cuma bisa nangis darah, dan senyum sambil ngelus dada.

"Gue kira lo udah berubah beneran Nay. Baru aja mau syukuran akhirnya gue punya satu temen yang waras."

"Ini lo yang pinter apa gue yang bego sih?"

"Gue yang pinter lah."

"Serah apa kata lo upil cicak."

"Eh Tink? Otak lo lagi panas kan?"

"Iya emang."

"Kayanya gue tau solusinya," Wydi berucap semangat.

"Apa?"

"Lo butuh asupan cogan. Mending kita samperin Kak Rios lo aja."

Memang ide dia tak ada duanya. Selama UN gue jarang ketemu ataupun chat sama KaRi, mungkin dengan ngeliat bibir eksotis dan jambul terowongan simalakama-nya bisa ngebuat gue jadi semangat lagi.

"Kadang lo pinter Wydi! Ayo pergi, nanti gue traktir kalian air putih."

"Iyain aja."

Kita semua jalan bergerombol hendak menuju kantin, tapi kedatangan Dals kembali ngebuat hati gue yang mulai ceria berubah lagi seratus delapan puluh satu koma lima puluh tiga derajat.

"TINK! SINTINK! GUE PUNYA INFO PENTING!" teriaknya sambil lari tergesa-gesa.

Dals tiba, napasnya ngos-ngosan.

Haji MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang