Bagian 3

13.6K 940 16
                                    


" oiya kita ngobrol gini tapi belom tau nama masing-masing " ujar lelaki itu.

"Gue varel J anggara panggil aja varel" varel mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan senang aku menerima jabat tangan varel .

"Gue ardilla putri kanza panggil aja dila".

"Nama yang cocok buat gadis secantik lo " sebuah pujian terang terangan yang ia berikan pujian yang membuat pipi ini terasan merah panas.

Aku berusaha menetralisir degup jantungku yang kini berdetak tak tentu, hentah mengapa rasanya aku seperti sedang menjadi ratu sehari saat sedang bersama dia padahal baru kenal beberapa menit yang lalu.

" nama lo juga gagah kok pantes banget buat cowok kaya lo "ucapku dengan yakin Tapi varel hanya tertawa renyah.

" pantes dari mana sih? Gue ini cuma cowok yang pake kursi roda, dari mana gagahnya coba? "

" tapi menurut gue, lo itu sempurna"varel mengangkat sebelah alis nya lalu tertawa mendengar pernyataanku yang ku akui itu tidak lucu.

"jujur amat sih ngomong nya" ledek varel.

" soalnya kalo jujur itu kita gak perlu susah-susah buat nutupin kebohongan kita, lagian apa yang barusan gue bilang beneran kok" .

" lo juga cantik " balas varel.

"makasih"rasanya ingin sekali aku terbang dan berteriak bahwa sekarang aku bahagia sekali.

Kami asik berbincang sana sini sampai lupa waktu hingga matahari mulai redup.

" ehh udah sore nih, gue pulang dulu ya,"lalu melangkah pergi.

"Eh tunggu"cegah varel.

" kenapa?"

"Gue boleh minta nomer hp lo?"

"Buat?"

"Buat di sayur, ya buat ngehubungin lo dong, masa iya di sayur" ledek varel" cantik cantik kok lemot"umpatnya.aku menggaruk kepalaku yang tak gatal dan merutuki kebodohanku yang salting di depannya.

"Oh, yaudah mana hp lo?"Pinta ku.

"gue gak bawa hp, sini in hp lo biar gue calling ke no hp gue"aku memberikan ponsel pada varel. Setelah ia memberikan kembali ponselku, aku segera berpamitan dengan varel.

"Hati hati, my princess " ucap varel sembari melambaikan tangan ke arahku dan aku hanya bisa membalas dengan senyum.

Aku kembali ke kamar inap kak widia untuk mengambil tas.

" ngapain lagi lo ke sini? "Seru bagas saat melihatku kembali.

" jangan ke pede an dulu, gue cuma ngambil tas" jawabku tanpa sempat melihat bagas. setelah mengambil tas aku langsung pergi tanpa berpamitan dengan bagas dan kak widia karena sakit hatiku belum sembuh jangankan sembuh kering juga belum.

Baru saja beberapa langkah keluar dari kamar inap kak widia, lenganku di cekal kuat oleh bagas membuat aku meringis kesakitan.

"Lepasin,sakit tau! Kebiasaan banget megang tangan gue " ucapku.tapi bagas tak menggubris apa yang aku katakan.

"Lo jangan macem macem sama widia, dan kalo lo berani nyelakain widia, gue bakal bales yang lebih dari ini"ancamnya dengan penekanan di setiap kata.

Hatiku sesak saat seseorang yang dulu selalu menjagaku kini bagai seorang musuh dalam keluargaku sendiri.

"Gue adek nya, jadi ngapain gue harus nyelakain kak widi? lagi pula dia yang minta kok buat beli makanan itu dan gue juga udah larang dia tapi kak widi ngotot "sanggahku untuk kedua kalinya.

Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang