Nadia kini seperti menjauhiku bahkan jam istirahat pun nadia bergabung dengan yang lain tanpa mengajak untuk bergabung.Ketika di tanya tanggapan yang nadia tunjukan bahwa kini ia benar benar jaga jarak secara perlahan.
Ini memang sebuah kesalahan yang kulakukan sebagai seorang teman, namun keadaan seperti ini juga tak pernah diinginkan oleh siapapun.
Kali ini untuk ke sekian kalinya aku berjalan dari gerbang melewati koridor untuk menjangkau kelas tapi di tengah jalan aku melihat nadia yang sedang berjalan santai menuju kelas.
"nadia tunggu!" teriakku yang terus mengejar nadia dari gerbang tetapi nadia terus berjalan tanpa menggubris panggilan dariku yang terus memanggilnya.
Nadia mempercepat langkahnya hingga aku harus mencekal lengannya dengan sigap untuk menghentikan langkah nadia yang semakin cepat.
Dengan nafas yang tersenggal senggal berusaha mengatur nafas agar jelas berbicara.
Nadia masih dengan wajah tak acuhnya dan memperlihatkan expresi datarnya seolah tak kenal.
"lo kenapa sih nad? Dari tadi gue panggil gak di jawab apalagi di tengok"
"gue gak denger" jawab nadia dingin.
"lo kenapa sih kok beda banget"
"gue mau ke kelas" balas nadia berlalu begitu saja dan meninggalkanku.
Ku menggaruk tekuk yang tidak gatal, memikirkan mengapa nadia sampai marah.
"apa jangan-jangan gara gara waktu itu ya? Tapi kok efeknya samoe segininya" tebakku.
Saat jam istirahat berbunyi dengan cekatan aku menarik lengan nadia yang akan pergi ke kantin seorang diri tanpa mengajakku seperti biasanya.
Ku bawa nadia ke gudang belakang perpus yang sepi agar tak ada yang mendengar perbincangan kami.
Nadia terus berusaha melepaskan pegangannya dan terus berontak tapi gagal karena aku mencekal lengannya dengan kuat.
"lo apa-apaan si dil? " sentak nadia.
"lo yang apa apaan nad, lo tiba tiba ngejauhin gue gitu aja, lo gak nganggap gue ada, lo pergi gitu aja ke kantin dan tiap gue nanya gak pernah lo jawab, lo kenapa sih? Lo punya masalah sama gue? "
"apa yang lo rasain? " delik nadia balik bertanya.
"ya gue sakit lah kalau saha_"
"itu juga yang gue rasain pas lo gak pernah nganggep gue, lo gak pernah mau izinin gue jadi pendengar semua keluh lo! Lo anggap gue apa hah? Sahabat? Kalo lo nganggap gue sahabat lo pasti bakal ngizinin gue buat ngerasain beban yang lo rasain" potong nadia yang langgsung terbawa emosi "gue siap jadi pendengar semua masalah sama kebahagiaan lo dil, tapi lo masih aja punya rahasia sama gue. Apa lo tau arti sahabat sebenernya? Enggakan " nada yang nadia keluarkan perlahan mulai santai tapi tetap pada nada kecewa.
hanya terdiam tak bisa apa apa karena apa yang nadia ucapkan itu benar adanya.
"maaf nad" ucapku sendu.
"terlambat" ketus nadia.
Nadia yang ingin berlalu segera ku cegah. Aku memeluknya dengan erat seakan nadia akan pergi meninggalkanku .
"gue cuma gak mau lo pikirin masalah gue nad, karena gue tau lo pasti bakal mikirin semua masaah gue. Dengan lo selalu nemenin gue itu udah cukup buat gue, gue gak mau kehilangan lo nad " ucapku menagis di pelukan nadia.
"kita udah temenan lama dil, harusnya lo percaya sama gue. gue juga gak mau kehilangan lo dil, tapi gue gak siap kalo cuma jadi sahabat pajangan lo" jawab nadia datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]
RomanceSebuah rasa memang tak tentu harus jatuh pada siapa, kapan dan bagaimana karena itu sebuah naluri alami manusia, namun bagaimana jika rasa itu datang pada hal yang tak bisa kita miliki dan harus mengorbankan kepercayaan untuk bisa bersama? Ataukah m...