Seorang wanita berlarian dari ujung koridor kelas menuju tempat dimana kami berada."Arva?" ucap Varel mengernyit .
"ngapain dia? " ucapku saat melihat kak arva yang berlarian menghampiri kami atau lebih tepatnya kak Varel." Varel pulang bareng ya... supir aku gak bisa jemput nih" pinta kak arva saat sampai di depan Varel.
"Gak bisa, gue gak langsung pulang" jawab Varel datar.
"Emang mau kemana?" Tanya kak arva.
"Gue mau nonton sama dila"
"Aku ikut yah" ujar kak arva antusias.
"bukannya lo mau pulang?" ujar varel mengangkat sebelah alisnya.
"tadinya emang mau pulang tapi kayanya jalan bentar gak masalah kok kalo sama kamu " jawab kak arva mencari-cari alasan agar bisa berdekatan dengan Varel.
"gue cuman punya dua tiket " ujar Varel menunjukan dua tiket bioskop dari saku bajunya.
Aku yang sejak kedatangan kak arva hanya diam tak dapat berbuat apa-apa dan melihat kak arva yang berusaha mendekati Varel secara terang-terangan di hadapanku tanpa menganggapku ada yang membuatku kesal. Hal tersebut menambah daftar mengapa aku tidak menyukai senior itu.
Dengan berusaha mati-matian untuk terlihat tenang dan welcome pada kak arva walaupun saat ini hatiku benar-benar di bakar api cemburu.
Merasa bahwa rencana nonton bioskop bersama Varel akan gagal maka aku memilih mengalah dan memutuskan untuk pulang, Varel yang mungkin mengerti perasaanku yang cemburu mengikuti keinginanku untuk membatalkan rencana tersebut lalu mengantar aku pulang dengan kak arva tentunya.
Kak arva mengambil alih untuk duduk di kursi penumpang dekat kemudi dan aku duduk di kursi penumpang belakang.
Sepanjang perjalan kak Arva terus berbicara tentang masa lalunya bersama Varel, menyenderkan kepalanya di bahu Varel dan menggandeng lengan Varel.
Varel berusaha menghindar tapi kak arva terus mendekat hingga ruang antara mereka tak ada.
Aku yang duduk di tengah kursi penumpang cukup jelas melihat pemandangan yang menyesakkan hati.
Hentah waktu yang terlalu lama berjalan atau Varel yang menjalankan mobilnya secara perlahan? .
Dengan menghembuskan nafas lega saat mobil Varel berhenti di taman dekat kompleks rumahku.
Karena tak ingin di antar sampai rumah karena mamah akan marah bila mengetahui itu.
Aku turun dari mobil dan berjalan memasuki area komplek, kulirik ke belakang dan melihat kak arva semakin lengket pada varel.
Sakit sekali rasanya.
***
"Assalamualaikum dila pulang"
Tidak ada yang menjawab salam dariku karena bi darsi sedang cuti tapi aku mendengar samar samar suara dari arah ruang keluarga suara mamah dan kak widia.
" mamah udah pulang? " seruku yang langsung berhambur memeluk mamah.
"Iyah mamah udah pulang" jawab mamah yang tetap sibuk membersihkan koleksi tas mahalnya yang berjajar di meja.
"Mamah beli tas baru ya?" ucapku mengambil sebuah tas mungil berwarna silver bermotif bunga teratai warna pink.
"Iya dong buat nambah nambah koleksi "seru mamah dengan bangganya.
" Terus oleh-oleh buat dila mana?" ucapku mengangkat tangan seperti meminta.
" mamah sibuk di sana bantu papah jadi gak sempet beli apa-apa tas juga di beliin temen mamah " aku memanyunkan bibir dan melipat kedua tangan di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]
RomanceSebuah rasa memang tak tentu harus jatuh pada siapa, kapan dan bagaimana karena itu sebuah naluri alami manusia, namun bagaimana jika rasa itu datang pada hal yang tak bisa kita miliki dan harus mengorbankan kepercayaan untuk bisa bersama? Ataukah m...