Varel mengajak kesebuah restoran yang simple dan bertema outdoor dengan taman bunga yang bisa menjadi tempat hunting seru untuk para pengunjung.sembari menunggu makanan datang aku teringat pada apa yang ingin di sampaikan varel padaku"Mau ngomong apa?"
Varel langsung terlihat gelisah dan kebingungan.
Varel menyentuh lenganku dan menggenggamnya dengan lembut.
"Dila, aku sayang sama kamu, mau gak jadi pacar aku? " dengan satu tarikan nafas Varel mengucapkannya dengan susah payah dan keringat dingin mulai muncul karena aku hanya terdiam tanpa kata.sampai akhirnya aku angkat bicara "kita baru kenal beberapa minggu, terus sekarang kakak nyatain cinta?"
"Iya tau kita baru kenal, tapi aku punya perasaan yang lebih ke kami, aku sayang sama kamu dari pertama kita ketemu di loby rumah sakit dan ngeliat kamu nangis sesegukan di taman RS dan tingkahlaku yang aneh dan semua yang ada di kamu aku suka dil. Jangan mikir kalo aku orang jahat dil apalagi orang yang mau nyakitin" Ucap Varel yang berusaha meyakinkan.
Aku bingung harus menjawab apa karena tak mau merasakan sakit hati lagi.
"Jujur aku juga punya perasaan ke kakak tapi gak tau mesti apa karna disisi lain aku gak tau semua tentang kakak lebih dari yang diliat sekarang "
" sekarang aku bakal ajak kami ke rumah buat ketemu sama bunda"
" buat apa?"
" buat ngeyakinin kamu kalo aku serius "
Aku tau ia serius tapi tak perlu seserius ini sampai mengenalkanku pada orangtuanya.
Aku hanya menganggukan kepala saat melihat keseriusan yang Varel lakukan.
" jadi kita jadian?"ku jawab dengan senyuman yang di balas senyuman pula oleh Varel.
Dan kini kita resmi berpacaran.
**
Varel memenuhi janjinya. Setelah makan kak Varel mengajak ke rumahnya dan Kedatangan kami berdua di sambut hangat oleh bunda kak Varel.
Seorang wanita yang terlihat awet muda, memakai long dress hijau tosca tanpa lengan dan make up yang natural dengan rambut yang di biarkan tergerai menambah elegan pada setiap lekuk tubuhnya yang kini berdiri membuka pintu dan menyambut kami.
Malu sekali rasanya, baru kali ini dikenalkan pada orangtua kekasihku, apalagi penampilan yang masih memakai pakaian seragam.
" bunda udah bilang sama kamu, jangan kecapean dan sering keluar kalo kambuh lagi gimana?" ucap wanita itu lembut pada kak Varel dengan mengusap wajahnya.
Rasa iri pada kak varel yang mempunyai ibu yang sayang dan perhatian padanya seolah menyindir diriku.
"Udah bun, malu tau di liatin sama dila" kak Varel melepaskan lengan wanita itu dan melirik padaku dengan senyuman penuh arti seketika bunda kak varel melihatku dari bawah sampai atas, takut sekali rasanya jika bunda kak varel tak menyetujui hubungan kami apalagi sampai membenciku. Namun semua fikiranku salah wanita cantik itu tersenyum ramah menyambut.
" dia siapa sayang, cantik banget" tanya wanita itu dengan senyum yang tak pudar.
" bunda, ini dila pacar Varel dan dila ini bunda aku" kak Varel memperkenalkan kami sebagai orang yang ia sayang. Ku raih tangan lembut putih terawat milik bunda dan menyalaminya bunda mengusap kepalaku dengan lembut.
"Ayo masuk kita ngobrol di dalam " ajak bunda yang langsung menggandeng lenganku layaknya kenal lama sedangkan kak Varel tersenyum melihat kami mulai dekat tak lama ia pergi menuju kamarnya untuk berganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]
RomanceSebuah rasa memang tak tentu harus jatuh pada siapa, kapan dan bagaimana karena itu sebuah naluri alami manusia, namun bagaimana jika rasa itu datang pada hal yang tak bisa kita miliki dan harus mengorbankan kepercayaan untuk bisa bersama? Ataukah m...