Bagian 4

12.6K 808 12
                                    


"Ngapain lo di sini? Apa jangan jangan lo mau nyelakain widia lagi?" Delik bagas yang tadi menarik lenganku menjauh dari varel yang tadi sedang asik menyantap makanannya denganku.

"Jangan salah paham dulu deh, gue juga udah males ke sini kali. Dan kedatangan gue ke sini bukan buat jenguk apalagi nyelakain kak widia, gue ke sini mau nemuin temen gue yang lagi sakit" geramku.

"Dan lo malah makan berdua di sini sama cowok! " selidik bagas.

"Kenapa? Cemburu? Suka suka gue lah mau makan sama siapa juga, toh bukan urusan lo kok. jangan ganggu hidup gue lagi, gue udah nyaman sama kehidupan gue yang baru"

Lagipula siapa dia berani mengatur hidupku lagi.

"Ini kantin bukan restoran, gak modal banget lu makan di kantin RS"sengit bagas.

"Peduli gue mau makan di sana kek, di sini kek, BODO!"aku segera pergi meninggalkan bagas dengan wajah seramnya.

Baru saja duduk varel sudah menanyaiku perihal tadi dan aku hanya mengalihkan pembicaraan.

****
Hari ini bengitu lelah dengan segala kegiatan yang menguras tenaga hingga harus pulang malam.

Rumah selalu sepi jika papah pergi, dan rasa kesalku terhadap mamah masih saja teringat. Baru saja membuka pintu kamar tapi sesosok pria dengan santai bersantai duduk di ujung kasur membelakangiku.

Apa jangan jangan maling? Tapi maling kok santai.masa papah? Papah kan lagi di luar kota.

Aku mendekati sosok misterius itu dengan perlahan seperti seorang pria dengan memakai jaket kulit hitam dan topi levis biru dongker.

Dengan membawa sapu sebagai senjata tumpul untuk jaga jaga bila terjadi sesuatu.

Jarakku dan orang tersebut tinggal beberapa langkah lagi hingga sapu ku angkat ke udara, dalam hitungan ketiga akan ku pukul, baru saja memulai hitungan tapi sosok tersebut dengan cepat membalikan badannya dan menghadapku.

Sapu yang berada di tangan ku jatuhkan saat tau bahwa orang tersebut adalah papah, tanpa berfikir lagi langsung ku peluk tubuhnya.

"Papah pulang kok gak kasih tau dila sih?!"masih dengan memeluknya.

"Kamu dari mana ajah kok baru pulang? " tanya papah.

"Abis kerja kelompok di rumah ajeng pah ".

" ya sudah kalo begitu kamu mandi, lalu kita makan, papah tunggu kamu di bawah" ucap papah sembari mengusap rambut dan mengecup keningku dengan penuh kasih sayang.
Setelah selesai membersihkan diri aku turun dengan senang menuju ruang makan karna sudah satu bulan tidak menikmati makan bersama papah karena papah ada tugas di luar kota.

Baru saja duduk di kursi makan, papah menyinggung peristiwa yang terjadi di rumah sakit pada kak widia yang membuat aku merasa di sudutkan akan hal ini. tapi aku menjelaskan kembali kejadian yang sebenarnya agar beliau tidak salah faham karena mendengar cerita dari orang yang tidak tau cerita yang sebenarnya. Setelah mendengar penjelasan, papah percaya padaku yang membuat mamah mendelik kesal karena papah membelaku.

Karna suasana di ruang makan yang sudah tidak kondusif lagi maka aku untuk menyudahi makan malam dan pergi ke kamar lalu duduk di balkon seperti biasanya merenungi kesalahan yang terkadang itu bukan kesalahanku.

Saat hampir terlelap tiba tiba suara panggilan telepon berdering nyaring, dengan setengah tersadar aku mengangkatnya.

"Halo"

"Besok kan libur, lo ada acara gak?" Tanya varel.

"Kayanya nggak deh".

"Besok kita jalan yuk!"

Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang