Tak terasa hubungan kami berjalan sudah kurang lebih satu tahun.
Dan sebentar lagi akan meninggalkan sekolah-ku tersayang. Iya sebentar lagi adalah hari kelulusan bagi siswa siswi kelas tiga.
Aku dan nadia berjalan-jalan mencari baju yang cocok untuk digunakan pada hari spesial kami sekalian menikmati full time persahabatan kami.
Nadia menyuruhku menginap di rumahnya agar tak repot nantinya, ia bahkan sengaja menabung dari jauh hari untuk menyewa MUA terbaik dan memanjakan tubuhnya hanya untuk hari Kelulusannya, mungkin berlebihan namun kurasa tidak karena itu untuk dirinya sendiri dan hal yang membuatku senang adalah aku hanya perlu duduk manis untuk di make up tanpa perlu membayarnya karena nadia sudah mempersiapkan untukku juga, dia bilang ini sebagai rasa kasih sayangnya padaku.
Kami pergi menuju gedung kelulusan diantar mobil ayah nadia, beliau rela meninggalkan tugasnya untuk menghadiri acara kelulusan putrinya, ini sungguh keluarga yang kuidamkan.
kalau bisa jujur hal seperti itu membuatku terpojok ketika berada di tengah tengah keluarga yang harmonis sedangkan aku hanya punya papah, itu pun terbagi dengan tugas kantor.
Seperti biasa, semua tampak bahagia dan antusias mengikuti acara ini."Dila!."
"Papah?,"papah menggibaskan lengannya keatas hingga kusadari keberadaannya, kupeluk beliau dengan erat, tak di sangka ia akan datang menghadiri acara yang ku anggap sakral."Mamah sama kak widi mana?,"tanyaku penasaran sambil celingak celinguk berharap mereka hadir di hari Kelulusanku.
"Mereka gak bisa datang jadi hanya papah yang datang,"sudah kuduga, hanya papah yang akan mengorbankan segalanya untukku."Dila gak boleh sedih, papah bawakan kamu ini,"terlihat jelaskah raut sedihku?. Tapi bunga bucket yang papah bawakan sedikit mengobati dan membuatku kembali tersenyum.
"Halo om, apa kabar?,"varel juga datang dengan pakaian casualnya seperti biasa, varel menyalami papah.
"Om sehat kok,"jawab papah terseyum ramah.
"Oiya, nih buat kamu,"varel memberikan bucket bunga dan bucket coklat. Senang sekali rasanya memiliki mereka yang selalu menjagaku.
Acara berjalan dengan khidmat, kami bersalaman dengan para guru, menerima mendali dan raport. Jangan tanya siapa juara umum sekolah ini, karna yang pasti bukan aku!.
Nadia menarikku untuk berfoto berdua dengannya di stand yang sudah disediakan. Sekelebat bayangan tentang kak ricardo kembali muncul, seperti dejavu yang kembali kulalui.
Setelah puas berfoto denganku nadia kini memilih berfoto dengan kekasihnya alvin yang juga datang dihari spesialnya ini.
Ketika seseorang menepuk pundakku dari belakang seketika itu juga kulihat kearah belakang.
"Kejutaann!,"kak ricardo ternyata datang, hampir saja kulupa karena bentuk tubuh yang lebih berisi yah istilahnya jadi agak gagah.
"Ya ampun kak ricardo! Aku fikir gak dateng,"aku sangat antusias dengan kehadirannya karena terakhir kami bertemu saat kejadian tak mengenakan itu.
"Weyy ada pilot ganteng nihh,"varel yang baru saja datang dari membeli minuman. Varel tak pernah membawa-bawa masalah yang dulu, buktinya ia kini kembali berbaikan dengan kak ricardo.
"Kita foto bareng yukk, buat kenang-kenangan,"ajakku.
Aku, papah, varel dan kak ricardo membentuk formasi untuk foto resmi dan juga bergaya bebas.
Kurangnya rasa syukur karena tak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu membuatku buta atas kasih sayang yang diberikan mereka para lelaki yang selalu ada untukku, menjagaku, dan menyayangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]
RomanceSebuah rasa memang tak tentu harus jatuh pada siapa, kapan dan bagaimana karena itu sebuah naluri alami manusia, namun bagaimana jika rasa itu datang pada hal yang tak bisa kita miliki dan harus mengorbankan kepercayaan untuk bisa bersama? Ataukah m...