bagian 12

7.4K 510 1
                                    


Aku membuka knop pintu secara perlahan melihat secara diam diam.

"bagas?" desisku.

Bagas membalikan tubuhnya dan kaget saat melihat aku berdiri di ambang pintu.

Sempat hening di antara kami hingga akhirnya berani membuka suara.

"ngapain lo disini?! " seruku yang sinis.

"kalo ngomong yang sopan dil, lo gak tau apa kalau sekarang gue kakak lo" balas bagas santai berusaha menghilangkan gugupnya.

"lebih tepatnya paman. Lagian ngapain lo di ruang kerja papah?"

"gu-gue mm anu itu " gelagap bagas yang membuat aku curiga.

"lo mau maling?"

"jaga tu omongan" bagas mulai marah sampai menunjukku.

"terus ngapain disini kalo gak maling, lagian ruangan kerja papah gak ada hubungannya sama lo" mulai menyudutkan bagas yang mulai gelagapan.

"lo juga ngapain di sini?" bagas yang tak mau kalah terus meladeni.

"gue mau nyari map dan lagian ini juga ruang papah gue jadi gue bebas " dengan melipat kedua tangan di dada dan bersandar di ambang pintu.

Bagas terdiam dan gelagapan sedangkan aku hanya diam di ambang pintu dengan tatapan sinis.

"ngapain lo masih diem di sini? Pergi gih, nanti ada yang ilang lagi" cetusku yang tajam.

Bagas pergi dan menyenggol bahuku sampai hampir hilang keseimbangan.

Aku mendengus kesal dan melihat keadaan ruangan papah yang sedikit berantakan. Sembari mencari map sekalian membereskan dokumen penting tersebut lalu menguncinya.

****

Jam 06:45 baru sampai di gerbang sekolah. Beruntung, itulah yang dirasakan karena tidak terlambat di bagian jaga gerbang kak arva wakil ketua osis yang galaknya minta ampun apalagi kini ia tahu bahwa kak varel adalah pacarku.

"lo di cari sama pak tomo" seru nadia saat aku baru selanglah masuk ke kelas.

"pak kumis nyari gue? ".

"ya iyalah, emang siapa lagi? "

"kumisnya udah di cukur belum?"

"apaan sih dil aneh banget lo malah nanyain kumisnya"

"gue takut sama kumisnya nad, kumisnya tuh punya aura hitam pekat gitu" candaku.

"cepet kasih tugas lo ke pak tomo, malah ngomongin kumisnya lo" gerutu nadia.

Dengan cepat berbalik arah dan melangkah menuju ruang guru untuk menemui pak tomo dengan malas.

"permisi pak, ini tugas saya sudah selesai " ucapku dengan sopan.

"bener udah selesai? " mengangguk yakin.

"kamu sendiri yang ngerjain? "

"di bantu sama temen pak sedikit, soalnya saya kan manusia bukan robot, jadi mana mungkin saya bisa ngerjain tugas seabrek dalam setengah hari" jelasku sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"kamu itu saya suruh ngerjain tugas sendiri bukan kerja kelompok!" tegas pak tomo.

Baru saja guru tersebut membuka mulut lagi, bel pelajaran sudah berbunyi membuat aku segera pamit dan berlari menuju kelas dengan kepala mengarah ke belakang untuk melihat apakah pak tomo akan mengejar karena ucapanku yang jujur.

Bruk

"aduh sakit" rengekku yang tadi sempat ambruk karena menabrak orang.

"kamu gak kenapa napa kan dek?" tanya seseorang dengan mengulurkan tangannya.

Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang