Varel memberikan sebuah kado yang mungkin di persiapkan jauh jauh hari.Sempat terdiam hingga akhirnya menerima kado tersebut.
"ini apa? " cicitku.
"kalo kamu penasaran buka aja" jawabnya dengan bangga.
Aku menimang kado pemberian dari varel, memutar kotak tersebut ke berbagai arah.
"buat aku? " tanyaku polos.
"ya iya dila masa buat suster cantik di sini sih" gerutu varel yang mungkin mulai kesal dengan otak lemotku yang kadang kambuh.
"wahh penasaran deh, buka sekarang yah" varel mengangguk dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
Dengan senang aku membuka kado pertama yang ia berikan.
Setelah membuka kertas kado, tampak sebuah kotak kecil yang dilapisi kain bludru lembut berwarna merah berbentuk hati.
Setelah dengan ragu membuka kotak tersebut hingga sebuah benda panjang berwarna silver mengisi ruang kosong kotak tersebut.
Lenganku terangkat mengambil kalung tersebut dan menggantung tepat di wajahku.
"kalung?" ucapku tak percaya.
"iya kalung, kamu suka kan? "
"ya ampun kamu niat banget ngasih kadonya, makasih ya" ucapku girang.
Tapi mataku masih menelusuri setiap inci kalung yang sedang di pegang.
Ya sebuah bandul yang bertahta empat permata di setiap ujungnya.
Kok aneh banget ya sama bandulnya. batinku.
Kok kaya lambang salib? Aku kembali meneliti bandul tersebut sampai memiringkan kepala.
"kamu kenapa? " tanya varel binggung.
"ini kaya lambang-"
"iya ini lambang salib, aku sengaja kasih ini supaya kamu terus inget sama tuhan yesus, dan kamu harus tau kalo aku pesen khusus buat kamu"
Deg
Aku tersentak mendengar pernyataan varel dan berusaha mencerna apa yang varel katakan.
"maksud kamu? " ucapku bergetar.
"ya aku ngasih ini supaya kamu lebih inget tuhan dan supaya kita dikasih kesempatan untuk saling mencintai oleh tuhan yesus selamanya. kamu seneng kan? "
Aku kembali terdiam, dan merasakan lemas di sekujur tubuh hingga air mata turun begitu saja membasahi pipi.
"maaf... " desisku menundukan kepala.
"kamu kenapa dil? Kok minta maaf ? Apa kamu gak suka sama kadonya?" ucap varel bingung.
"bukan, aku bakal terima kado apapun yang kamu kasih tapi nggak dengan ini" jawabku masih dengan memegang kalung tersebut.
"maksud kamu apa sih aku gak ngerti, kamu gak suka sama kalung itu? Itu kan menandai kalo kita umatnya" aku hanya terdiam dan menangis.
"dil jawab aku dil kamu kenapa?" varel menyentuh lenganku berusaha menguatkan.
"aku- " varel menautkan kedua alisnya dan menatap dengan lekat.
"aku seorang muslim varel, jadi tak diperbolehkan untukku memakai lambang dari agama lain" jawab sendu.
Kini giliran varel yang dibuat binggung oleh pernyataanku.
"kamu bercanda?" senyum miris menghias bibirnya "Kamu gak boleh gitu dil!" ucap varel yang sedikit tegas ia berusaha membenarkan duduknya agar sedikit tegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Kita Berbeda [TAMAT]
RomanceSebuah rasa memang tak tentu harus jatuh pada siapa, kapan dan bagaimana karena itu sebuah naluri alami manusia, namun bagaimana jika rasa itu datang pada hal yang tak bisa kita miliki dan harus mengorbankan kepercayaan untuk bisa bersama? Ataukah m...