5. Date?

923 81 5
                                    

Lagi-lagi sesak yang kurasakan sejak pertemuan pertama 'dengannya' tadi. Kuhempaskan tubuhku dengan kasar, begitu saja di atas kasur tanpa memperdulikan akibatnya yang mungkin akan sangat merugikan bagiku, Tidur di sofa karena kasurku yang kemungkinan saja akan jebol bila aku terus melakukannya.

Tak dapat kubohongi diriku sendiri, bahwa sesungguhnya aku merindukannya.

"Merindukannya? Akankah aku pantas melakukannya" batinku terus menolak perasaan aneh ini.

Tidak ini sudah berakhir aku tidak boleh melanjutkannya, sudah cukup aku harus mengakhirinya. Terlebih lagi perasaan itulah yang membuat semuanya hancur berantakan.

Hubungan yang kuharapakan menjadi moment terindah dalam hidupku berubah menjadi kenyataan pahit yang harus kuterima. Aku tahu, aku seharusnya sadar diri aku tidak pantas merasakan perasaan ini. Aku gak seharusnya ngubah status kami lebih dari seorang adik-kakak. Tidak sepantasnya hal itu terjadi, aku harus melupakannya.

Iya, dia harus lenyap dari hati dan pikiranku. Aku harus bertekad melupakannya.

Setelah sadar akan apa yang harus aku lanjutkan selanjutnya. Aku memberanikan diri seperti layaknya bayi yang terlahir tanpa dosa aku berharap aku bisa terlahir kembali membentuk diriku yang baru tanpa adanya kenangan-kenangan buruk di masa lalu.

Aku terduduk malas di atas kasurku, saat hendak berdiri mengganti seragam yang masih melekat di tubuhku itu. Tiba-tiba ponselku berdering.

Refleks aku langsung mengangkat teleponnya tanpa menatap id penelponnya.

"Haloo... ini siapa?" ucapku tanpa basa basi.

"Oh Nes ini gue David," david? gumamku dalam hati, bagaimana ia bisa mendapatkan nomorku? Pikiranku melayang sampai ia akhirnya memecah keheningan dan sontak membangunkanku dari alam bawah sadar.

"Nes, lo belum tidur kan?"

"Ehmm... Kenapa lo nelpon gua? Terus dapet nomor gua dari mana?" ucapku menanyakan kebingunganku beberapa saat yang lalu.

"Udah ah, gak penting gua dapet darimana. Oh ya lo ada acara gak?" Tanyanya yang belum sepat kujawab ia langsung meluncurkan pertanyaan selanjutnya.

"Jalan bareng yuk, gua bosen nih di rumah. Sekalian kita 'lunch' bareng. Lo pasti belom makan kan?" Ucapnya yang akhirnya berhenti juga walau hanya bertahan beberapa detik sebelum ia menyembrutku lagi dengan perintah yang menuntut.

"Gua tunggu lo 1 jam lagi di mall, deket taman" ucapnya yang langsung memutuskan telponnya yang membuatku berdecak kesal.
Heh? Enak banget sih lo, nuntut-nuntut sembarangan.

Namun tetap saja aku mengiyakan ajakannya, karena sesungguhnya aku sudah tidak betah lagi berada di rumah sejak tadi. Untung saja si kucrut itu nelpon di waktu yang tepat di saat gua lagi bad mood abis, kalo gak jangan harap gua bakaln setuju nerima ajakan menuntut kayak gitu.

Aku langsung mengganti serahgamku dengan pakaian yang bisa dibilang 'tidak pantas untuk wanita'. Tapi biarkanlah aku memang tipe wanita yang tidak mempedulikan penampilan yang terkesan sangat cuek akan hal itu. Kutatap diriku di depan cermin lemariku.

Hari ini aku memakai kaus longgar putih polos yang aku padu padankan dengan kemeja kotak-kotak simpel berwana biru laut. Ditambah lagi dengan celana jeans hitam kebiru-biruan dan sepatu kets hitam yang kurasa mulai dekil. Mungkin sudah 2 bulan tidak pernah aku cuci, hehehe..

Aku menatap puas diriku di depan cermin saat ini walau tampilanku yang seperti 'cewek jadi-jadian' aku tetap memiliki sisi kewanitaan. Paras cantik yang kumiliki walaupun tanpa riasan sedikit pun. Dan rambut masih tetap panjang walau tak sepanjang dulu. Saat ini rambutku hanya sebatas bahu dan dikuncir kuda seperti biasanya. Walau aku ingin memendekkannya lagi, entah mengapa aku tak pernah bisa melakukan hal itu.

I Can't Believe YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang