Setelah melepaskan pelukannya, ia pun membawaku ke suatu tempat. Tempat yang sangat indah, kami berada di sebuah sungai yang dialiri langsung oleh air terjun dari pegunungan. Air terjun dengan ketinggian kira-kira 15 meter itu mengalir dengan deras.
Ia segera meraih tanganku dan mengajakku duduk di sebuah batu besar di pinggir sungai. Keheningan menyelimuti kami, tak ada satu pun dari kami berniat membuka suara. Aku hanya bisa tertegun menatap keindahan ciptaan Tuhan ini. Sedang ia tak pernah mengalihkan pandangannya dariku, aku yang merasa risih akan hal itu pun hanya bisa menundukkan kepalaku. Ia kemudian merangkulkan lengannya di pundakku dan menghilangkan jarak di antara kami.
"Are you okay?" Ia terus memandangku tajam dengan tatapan penuh perhatian.
"You know me so well" ucapku lalu melepaskan rangkulannya dan berlari menuju sungai. Segera kulepaskan sepatuku dan berlari-lari kecil di sungai dangkal itu.
Ia pun melakukan hal yang sama denganku segera ia lepas sepatunya dan melipat celananya sampai ke lutut. Kami menikmati setiap percikan air yang menetes di atas kepala kami. Yah kami sedang berada di bawah air terjun itu sekarang. Menutup mata dan membiarkan setiap percikan air itu membasahi seluruh pakaian kami.
Kami pun saling menyipratkan air satu sama lain. Membiarkan sekujur tubuh kami lebih basah lagi. Aku tertawa, tanpa sadar aku sedang tertawa saat ini. Perlakuan manis yang ia lakukan saat ini benar-benar menghilangkan kesedihanku sebelumnya. Di tambah lagi dengan senyumannya yang seakan tak pernah lepas dari wajahnya.
Aneh memang, pria yang selama ini selalu bersikap dingin, angkuh, dan perfeksionis dapat melakukan hal semanis ini. Apa yang terjadi padanya, kemana sikap dingin yang selalu ia tunjukkan di sekolah. Bahkan melihatnya tersenyum lebar saat ini adalah pemandangan yang sangat jarang terlihat. Bukankah dia aneh hari ini? Apa aku penyebab keanehannya. Ah sudahlah aku tidak mau terlalu memusingkannya.
Setelah berpuas-puas bermain air, kami pun mengeringkan tubuh kami di di pinggir sungai. Dengan kayu kering seadanya ia pun menghidupkannya, membuat api unggun yang memberikan kehangatan pada kami.
"Nes," ucapnya tanpa menoleh sedikit pun padaku.
"Hm?" Ucapku tak terlalu menanggapinya.
"Kamu baik-baik ajakan?" Ucapnya yang sukses membuatku membulatkan mataku.
"Aku gak papa kok" ucapku sambil menggaruk tengkukku untuk menghilangkan rasa maluku.
Suasana canggung dan kikuk menyelimuti kami setelahnya. Kami memang tidak pernah sedekat ini sebelumnya, wajar saja kalau kami masih belum mengenal kepribadian satu sama lain.
●●●
Setelah kejadian tadi Ali yang mengetahui keadaanku itu pun mengantarku pulang ke rumah. Saat sampai di rumah suasana sunyi kembali menyelimutiku. Rumahku benar-benar seperti rumah hantu sekarang, gelap tanpa ada cahaya penerangan sedikit pun. Dan juga tidak ada satu pun penghuninya, aku berniat berjalan ke arah anak tangga untuk beristirahat di kamar.
Aku mulai berjalan mengitari satu persatu anak tangga, suasana sunyi membuat setiap hentakan langkahku terdengar keras di telingaku, tentu saja hal itu membuat jantungku kembali berdetak tidak normal. Aku menelan ludahku sendiri saat merasakan sesuatu menyentuh kulitku, bukan siapa-siapa melainkan hembusan semilir angin dingin yang sukses mendukung rasa takutku.
Argghh kemana semua orang pergi? Ah aku baru ingat Mama arisan di rumah temannya, Papa bekerja, dan bang Renan jangan ditanya, memangnya kenapa dia sudah sangat rapi saat mengantarku tadi pagi. Tentu saja karena hari ini adalah hari pertamanya masuk universitas. Kembali ke topik awal akhirnya aku sampai di ambang pintu kamarku, dan mencoba membuka pintu knop kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Believe You
Ficção AdolescenteDavid yang menyukai Agnes sebagai teman. Agnes yang menyukai David lebih dari teman. Kisah mereka sederhana, hanya tentang pertemanan laki-laki dan perempuan yang diikuti dengan perasaan sayang dari salah satu pihak. Sedangkan pihak yang lainnya? E...