Saat ini aku sedang duduk di bangku taman di sebelah kolam berenang rumahku, sembari menyeruput lemon tea buatan Bi Iyem pembantuku.
Aku menghabiskan waktu weekend di rumah, sambil bersantai-santai ria. Tiba-tiba ponselku berdering dan membangunkanku dari lamunanku.
"Hallo Nes, lo dimana?" Ucap seseorang dari seberang yang tak lain adalah Andien sahabatku.
"Di rumahlah, emang lo pikir gue kemana?" Ucapku lesu.
"Beneran di rumah?"
Tanpa sadar aku menganggukkan kepala, meski aku tau ia tak dapat melihat anggukan kepalaku.
"Iya lohhh, emang kenapa?" Ucapku membenarkan anggukanku.
"Oke, yaudah cepetan siap-siap, gue sama Nata bentar lagi nyampe ke rumah lo" ucapnya dengan enteng namun membuatku refleks berteriak.
"HAH? MAU NGAPAIN LO PAGI-PAGI GINI KE RUMAH ORANG?" ucapku berteriak padanya, eh atau pada mereka entahlah, tadi Andien bilang kan dia sama Nata mau kerumahku.
"Udah ah bawel, pokoknya lo siap-siap" ucapnya langsung memutuskan sambungan secara sepihak.
'Hah? Siap-siap? make baju apa gua?' Tanyaku lebih pada diriku sendiri. Argh Andien sama Nata bikin orang naik darah aja.
Akhirnya karena tidak tau alasan mereka datang, dan untuk apa, aku pun bersiap-siap. Dengan kata 'siap' bagiku, entah apa mereka berpikiran yang sama denganku.
"Nes," ucap Mama yang sudah ada dibelakangku saat ini. Yah saat ini aku sedang duduk di meja rias. Aneh? Yaiyalah, masa di kamar orang tomboy ada meja rias, tapi yah emang gitu kenyataannya. Walaupun aku sudah memutuskan untuk berubah menjadi tomboy semenjak 2 tahun yang lalu, namun tetap saja jiwa perempuan masih melekat di diriku.
"Iya Ma" ucapku langsung menoleh pada Mama.
"Temen-temen kamu udah nungguin tuh" ucap Mama singkat, dan berlalu meninggalkan kamarku.
Aku pun segera mengambil tas selempang dan handphone yang berada di atas ranjang dan langsung berlalu menuju ruang tamu. Saat menuruni anak tangga, sesuatu yang menarik tertangkap oleh mataku. Nata, ia sedang tersenyum-senyum ga jelas sama bang Renan.
"Ya ampun Nat, jadi lo beneran masih suka sama bang Renan?" Tanya batinku, dan refleks aku menggeleng-gelengkan kepalaku.
Yah, aku memang sudah mengetahui hal itu. Dulu saat SMP, saat aku berpacaran dengan bang Renan, gak sengaja aku baca diary dia yang ketinggalan di kelas pas pulang sekolah. Niat awalnya sih pengen dikembaliin, tapi karena kepo, akhirnya aku pun menyempatkan untuk membacanya terlebih dahulu sebelum mengembalikannya.
"Nes, gue bilang kan lo siap-siap" ucap Andien kaget saat melihat tampilanku. Yap, aku pasti aneh banget di matanya. Saat ini aku hanya mengenakan kaus longgar selengan dan celana jeans hitam polos. Dan rambut, jangan ditanya deh, rambutku hanya dikucir kuda dengan poni yang sudah sedikit memanjang aku biarkan di sisi-sisi telingaku.
"Ya gua udah siap lohh" ucapku santai dan langsung pamit pergi dan keluar rumah tanpa mempedulikan ocehan dari kedua sahabatku.
●●●
'Kirain mau kemana, taunya cuma mau ngafe. Yah kalo gini sih ga perlu nyuruh gue siap-siap kali' ucap batinku saat kami memasuki sebuah cafe.
Setelah memesan, pesanan kami pun datang. Kami memesan makanan yang sama, gak perlu bingung, kita memang selalu sehati. Kami memesan milk green tea dan roti bakar coklat keju. Tau Kenapa Kami mesen susu? Soalnya kami lagi di cafe yang lagi booming banget saat ini. Yap, cafe yang menyajikan susu sapi segar dengan segala rasa. So yummy, pagi-pagi gini minum susu sama roti bakar. Walau sederhana, tapi berkesan ketimbang nongkrong di tempat-tempat mahal yang nyajiin makanan dengan harga selangit.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Believe You
Roman pour AdolescentsDavid yang menyukai Agnes sebagai teman. Agnes yang menyukai David lebih dari teman. Kisah mereka sederhana, hanya tentang pertemanan laki-laki dan perempuan yang diikuti dengan perasaan sayang dari salah satu pihak. Sedangkan pihak yang lainnya? E...