10. Ali or Ale?

697 71 4
                                    

Tet...tett...tett.....

Bel masuk sudah berbunyi, aku yang saat ini masih berjalan di koridor sekolah pun mempercepat langkahku. Dengan nafas terengah-engah kulangkahkan kakiku ke dalam kelas. Suasana sepi, tumben kok sepi sih. Biasanya juga udah rame jam segini.

Dengan langkah gontai kuhampiri bangkuku dan menaruh tasku di sana. 10 menit telah berlalu namun sampai saat ini, belum ada satu pun murid yang masuk. Emangnya hari ini libur ya? Gumamku dalam hati. Tapi kalo libur kok bel nya bunyi.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki memasuki kelasku. Orang itu menatapku dengan tajam. Aneh, kenapa sih ngeliatinnya gitu amat.

"Nes, ngapain lu di sini?" ucap seseorang yang tak lain adalah ketua kelasku.

"Ya sekolah lah, elo yang ngapain udah jam berapa ini. Masa anak rajin datengnya jam segini" ucapku menyombongkan diri dan menunjuk jam dinding kelasku.

"Nes, yang bener, lo gak inget ini hari apa?" Ucapnya tetap menatap aneh padaku.

"Inget kok, hari ini hari sabtu" ucapku santai.

"Terus, hari sabtu pelajaran apa?" Tanyanya yang membuatku aneh mendengarnya. Masa iya sih orang pinter kaya dia gak tau jadwal pelajaran. Hari inikan pelajaran Tik, B.Inggris, sama Penjas.

Benerkan? Gak salah. Tunggu, TIK, Njirrr masa iya lupa sih. Kan TIK di lab komputer. Astafirullah, bodoh banget ya. Aku yang menyadari keteledoranku pun menepuk dahi refleks, dan segera mengambil tasku dan berlari menuju lab komputer. Tanpa mempedulikan tatapan menghina dari ketua kelasku itu yang tak lain adalah teman sebangkuku 'David'.

Sesampainya di sana, semua pasang mata tertuju ke arahku.

"Maaf pak saya terlambat" ujarku lalu menuju salah satu kursi lab yang masih kosong.

"Siapa bilang kamu boleh masuk, keluar sekarang juga!" Ucapnya sembari menunjuk ke arah pintu dengan telunjuk. Arghh, Pak Edy gitu aja disuruh keluar.

Ughh dasar guru, telat dikit aja udah disuruh keluar. Tapi gak papalah berarti bisa ke kantin sekarang. Belum sempat membalik arah menuju kantin, seseorang yang sangat menyebalkan itu merangkulku begitu saja.

"Mau kemana lu Nes?"

"Mau ngicrit ke kantin" lalu aku pun berusaha pergi menjauh darinya.

"Ikut dong" ia pun langsung menyusulku.

Sesampainya di kantin,

"Bu, gorengannya 5 rebu ya" ucapku lalu mendaratkan bokongku ke kursi pembeli.

"Ehh, neng Agnes. Dikeluarin lagi neng?" Goda si ibu kantin padaku.

"Ahh, ibu kaya gak tau aja" ucapku nyengir-nyengir padanya.

"Pasti kalo gak telat, gak ngerjain PR kan neng" ujar si Ibu yang sudah sangat mengenal perilakuku.

"Waitss kali ini beda Bu, bukan telat bukan gak ngerjain PR."

"Terus apa dong Neng" tanya ibu kantin yang sepertinya menunggu dengan semangat jawaban dariku.

"Lupa Bu," ujarku lesu lalu memasukkan tempe goreng itu ke dalam mulutku.

"Lupa apa Neng?" Bu kantin melongo mendengar alasanku.

"Lupa pelajaran terus, telat ke lab komputer bu." Bukan aku yang menjawab namun David yang kini sudah ada di sebelahku. Si Ibu hanya bisa mengangguk mengerti akan jawabannya.

"Mau dong" ia pun langsung mengambil gorenganku yang tergeletak di meja. Segera kutepiskan tangannya dari makananku.

"Beli sendiri dong" ujarku mengerucutkan bibir padanya.

I Can't Believe YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang