24. Ungkapan

38 4 0
                                    

Kemarin adalah hari terbaik dalam hidupku, namun sekarang, pertanyaannya adalah, Apakah hari ini akan sebaik hari kemarin? Atau justru lebih buruk? Semoga saja itu tidak benar, karena aku sangat berharap, hari ini, akan menjadi kenangan terindah lagi untukku.

From: Ali

Udah bangun? Ntar gue jemput ya?

Seketika aku tersenyum lebar saat mendapatkan pesan itu. Tanpa pikir panjang aku pun langsung membalasnya.

To: Ali

Gue udah bangun kok. Jemputnya lebih pagi ya, kita sarapan bareng.

Send.

Setelah mengirim pesan singkat itu, aku pun bersiap-siap pergi ke sekolah.

Tinn! Tin!

Suara klakson mobil Ali terdengar di depan rumahku, aku pun segera pamit menyalami Mama dan Papa dan memeluk mereka dengan erat. Sedangkan bang Renan, ia memberikan senyuman yang tulus untukku.

Aku benar-benar bahagia saat ini, karena semua yang aku inginkan telah terpenuhi. Hanya satu yang belum bisa aku capai, yaitu mendapatkan kejelasan hubungan antara aku dan David.

Setelah perpisahan hangat dengan orang-orang terkasihku, aku pun berlari ke luar rumah. Tapi aku tidak mendapati Ali di sana. Karena, Davidlah yang ada di sana. Dengan setelah khasnya yang acak-acakan, namun masih terkesan rapi dan pastinya, kece banget.

"Loh? Kenapa jadi elo yang jemput gua? Ali mana?" ucapku kebingungan melihatnya di hadapanku saat ini.

"Ehmmm, Ali....."

"Ah iya, Ali lagi sakit makanya gak bisa jemput lo" ucapnya gelagapan dan terbata-bata. Aku tak mempercayainya, dan memandangnya lekat.

Arghh kenapa dia selalu ganteng sih? Kenapa Tuhan menciptakan makhluk seindah dia?

Astaga! Batinku benar-benar kacau!

Apa yang harus aku lakukan saat ini?' tanyaku pada diriku sendiri.

Aku masih diam di tempat sembari menggaruk-garuk tengkukku yang tak gatal. David pun segera meraih tanganku, dan membawaku masuk ke dalam mobil secara paksa.

"Eh Vid, kok lo maksa gini sih! Gua bisa sendiri lagi, gak perlu narik-narik sembarangan kali!" ucapku sebal dan memegangi pergelangan tanganku yang sedikit perih, ulah kejahatannya barusan.

"Gue mau ngomong sebentar sama lo" ucapnya tegas seolah tak terbantahkan.

"Ya ngomong aja, gak perlu maksa gini!" ucapku masih kesal dan mendelik.

"Gak di sini!" ucapnya dengan nada ketus dan segera meng-gas mobil ini. Aku yang tak menyadarinya pun, hanya terpental sedikit ke arah dashboard mobil.

"Aww, sakit bego! Lo bisa nyetir gak sih?! Terus kita mau kemana? Perasaan ini bukan jalan ke sekolah, lo mau bawa gua kemana?!" ucapku menaikkan beberapa oktaf suaraku.

I Can't Believe YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang