3. Crazy MOS

1.1K 97 0
                                    

Pagi nan indah mengawali hariku, keadaan masih gelap gulita. Maklum saja saat ini masih shubuh, dan aku baru saja selesai shalat shubuh. Aku menghampiri balkon kamarku, suasana di sana masih sangat sepi. Bahkan tidak ada satu kendaraan pun yang melewati jalan itu. Embun pagi juga menyelimuti tanaman-tanaman di balkonku.

Di sana terdapat bunga mawar dan anggrek kesukaanku serta tanaman hijau lainnya. Bisa dibilang aku memang menyukai berkebun dan hal-hal yang berbau tanaman. Bahkan halaman di depan rumah sebelum pagar pun penuh dengan berbagai macam tanaman. Hal itu menurutku menambah nilai lebih untuk para penghuninya. Kenyamanan dan sejuknya saat duduk di bawah pohon rindang di halaman rumah, dengan secangkir teh melati tidak dapat ditandingi oleh hal apapun.

Untuk beberapa saat aku menikmati kesunyianku, sampai mama mengetuk pintu kamarku dan melihat ke arah balkon. Melihatku yang sedang berdiri tegap sembari merentangkan tangan dan menutup mata.

"Heii, kamu kamu gak siap-siap Nes, lihat udah jam berapa ini?" ucap mama mengejutkanku lalu menunjuk salah satu sudut kamarku. Ia menunjukkan jam berukuran besar dan bulat yang tergantung di didinding kamarku.

"Ahhh mama nganggu aja deh" elakku sambil terus memandangi pemandangan indah di balkonku.

"Sayang cepetan siap-siap nanti kamu terlambat ke--"sebelum mama melanjutkan kata selanjutnya aku sudah merangkulnya sambil menunjukkan langit cerah di hadapan kami.

Sungguh indah sekali memandangi mentari terbit dari balkonku ini. Seakan-akan perancang rumah ini sudah memikirkan semuanya matang-matang. Kami menikmati mentari terbit dalam diam, tidak ada satu kata pun yang terlontar dari kami. Hanya dengan memandangi langit dan tersenyum lebar sudah dapat menggambarkan betapa kami menikmati momen ini.

Setelah puas memandangi sunrise, aku pun segera berlari meninggalkan mama yang masih diam terpesona oleh indahnya ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa.

●●●

"Selamat pagi Ma" ucapku tersenyum simpul pada wanita yang telah membesarkanku dengan susah payah ini.

"Pagi sayang, ayo sarapan dulu. Mama buatin kamu telur mata sapi nihh" jawabnya sembari memberikan sepotong roti gandum dengan telur mata sapi di atasnya. Yah inilah sarapan kesukaanku walau sederhana memang, namun dapat memberikan kesenangan tersendiri padaku.

"Wah, enak nih" balasku penuh napsu saat menatap sarapanku itu dan langsung duduk di salah satu kursi.

"Sayang," ucap mama yang menggangguku menikmati sarapanku.

"Papa sama bang Renan mau pulang besok" mama membuatku tersedak dan langsung memberikan segelas air putih padaku.

"Makanya sayang kalo makan pelan-pelan aja" ucap mama yang terus menepuk-nepuk punggungku.

"Iya mama, aku udah telat nih aku pergi dulu ya" aku pun segera memeluk mama dan pergi dengan keadaan yang sudah cukup membaik.

"Assalamualaikum Ma" aku pun langsung mengambil tasku yang berada di meja tamu dan langsung pergi menuju sekolah.

●●●

Betapa kagetnya aku saat melihat apa yang ada di hadapanku saat ini. Semua siswi baru mengepang rambut mereka dan memakai pita bermacam-macam warna di rambut mereka. Tapi, jangan kira ya, penampilan Aku sama kaya mereka. Sorry-sorry aja aku mau kaya gitu.

"Udah gua duga ini akan terjadi" ucapku lesu memandangi semuanya.

Tanpa rasa malu pria yang sedari tadi memandang dan menungguku itu merangkul pundakku.

"David lepas!" ucapku sebal pada orang yang merangkulku itu.

"Kenapa sih? Kita kan sekarang temen. Lagi pula gua kan cuma ngerangkul lo" ucapnya sinis padaku.

I Can't Believe YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang