II. THE AUCTION

16.4K 898 18
                                    

WARNING : SOME NORMAL SEX SCENE.

(ALCANDER'S POV)

Keesokan malamnya Jiro datang ke kantorku dan mengajakku pergi ke pelelangan bersama. Aku tidak begitu mengenal pemilik acara pelelangan ini karena aku tidak begitu suka pergi ke acara pelelangan manapun. Tapi kudengar orang itu memiliki bisnis kasino terbesar.

Tempat pelelangan itu memiliki dua ruangan khusus. Satu tempat untuk penjualan wanita, anak-anak dan satu ruangan sangat rahasia untuk menjual ‘boytoy’.

Jiro mengatakan bahwa ruangan private itu dipenuhi oleh para bos-bos besar yang suka 'bermain' dengan anak laki-laki. Jiro juga menambahkan bahwa ‘toy’ itu sudah dilatih sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan nafsu siapapun yang memilikinya, dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang memberikan ‘pertunjukan’ dihadapan calon Tuannya itu. Dan budak-budak itu adalah anak laki-laki yang semuanya memiliki paras yang cantik.

“Sayang sekali aku hanya membawa wanita dan anak-anak. Lain kali aku harus membawa banyak laki-laki yang cocok untuk dijual!”Jiro tersenyum lebar pada dirinya sendiri.
Aku belum pernah melihat seperti apa ruangan ‘super private’ itu, jadi aku tidak bisa membayangkan siapa yang mau berlomba-lomba memasang harga tinggi untuk sebuah anus dan penis.

Para wanita dan anak-anak yang dibawa Jiro dan dititipkan di tempat rahasiaku, sudah datang dan mereka berbaris di depan pintu masuk panggung di backstage. Aku melihat hari ini sangat banyak yang datang. Tidak hanya pria, namun wanita juga banyak yang hadir di sini. Mereka semua memakai penutup wajah dan saling bercakap-cakap.

Aku melirik Jiro yang sibuk mengatur budak-budaknya, dan aku meraih topeng yang kubawa lalu memasangnya, lalu naik ke atas—tempat VVIP dan melihat pelelangan dari atas.

Satu-persatu budak-budak yang Jiro bawa masuk ke panggung dan para tamu yang datang langsung sibuk memasang harga terbaik mereka. Budak yang Jiro bawa semuanya cantik, jadi banyak yang ditawar dengan harga tinggi.

Lucky bastard..’umpatku dalam hati.

Aku tidak ingin berlama-lama ada diruangan itu karena aku merasa sangat bosan. Aku memutuskan untuk keluar ruangan, lalu berjalan-jalan sebentar.

Aku berkeliling tempat ini sampai akhirnya aku menemukan pintu yang letaknya sangat tersudut dan terlihat mencurigakan. Ada dua orang pria berbadan besar yang berdiri di depan pintu itu. Mungkin tempat itu yang dikatakan Jiro, ruangan sangat rahasia yang isinya pelelangan anak laki-laki. Rasa penasaran mulai menyelimutiku, tapi aku masih ragu untuk masuk dan mencoba memuaskan rasa ingin tahuku, jadi aku hanya berdiri mematung menatap pintu itu.

“Kau tidak mau masuk?”sebuah suara mengagetkanku.

Aku menoleh dan mendapati seorang pria berdiri di belakangku. Pria itu juga mengenakan topeng. Tapi walau begitu aku bisa memastikan dia adalah pria yang sangat menonjol. Kulit coklat, dengan rambut hitam panjangnya, dan tubuhnya terlihat kokoh dibalik tuxedo yang ia kenakan.

“Aku—”

“Ayo..”dia mempersilahkanku untuk mengikutinya memasuki ruangan itu.

Bingung bercampur penasaran membuatku melangkahkan kaki mengikutinya. Perasaan deg-degan menghampiriku, saat salah satu dari pria bertubuh besar itu membukakan pintu. Ternyata saat pintu itu dibuka, didalamnya ada sebuah lorong yang berbelok dan ruangan itu gelap, hanya diberikan cahaya remang dari lampu kecil yang tertempel di dinding.

Ada pintu lagi untuk masuk ke ruangan itu dan tentu saja—ada dua penjaga lagi. Pria berambut panjang itu mengeluarkan sesuatu lalu salah satu penjaga itu membukakan pintu dan kami berdua masuk.

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang