XX. ESCAPE

7.1K 427 16
                                    


(Alcander's POV)

Pintu ruangan ini dibuka dengan keras, membuatku terlonjak kaget diatas kasur. Pria yang sama yang kemarin malam menolongku dari Yuri dan siapa?--- Oh, Gecko.

"Kau, segera bersihkan dirimu." Ia menunjuk kearah bilik kecil itu.

Saat hendak bangun, aku terjatuh dari atas ranjang dengan bahu terlebih dahulu, dan kedua kaki masih di atas ranjang. Aku lupa kalau kakiku dirantai dengan bola besi diujungnya.

"Ugh..." Aku meringis kesakitan. Demi Tuhan, tubuhku masih sangat lemah. Obat apa yang ia berikan padaku?

"Astaga.. Kau ini benar-benar merepotkan!" Pria itu membantu menurunkan kakiku, dan menarikku berdiri.

"Sekarang cepatlah!!" Ia menghardikku, dan menjejalkan tanganku dengan baju bersih. Aku menyeret kakiku masuk ke bilik.

Ternyata pria itu masih berada di sana, duduk diatas ranjang. Ia menatapku yang melepas pakaian--membuatku merasa sangat tidak nyaman dari balik bilik yang tak bisa tertutup rapat.

Aku mandi dengan cepat, tak peduli lagi apakah tubuhku sudah bersih atau belum. Aku segera mengelap tubuhku kering dan kembali memakai pakaian yang ia berikan dengan kecepatan yang bisa kulakukan--dengan pria itu masih menatapku.

"Hentikan tatapanmu itu, sebelum kucongkel matamu!" desisku geram.

Pria itu hanya terkekeh keras dan tak mengindahkan ancamanku. Baru selesai memakai kembali celana panjang, aku berjalan cepat kearahnya--langsung menyambar baju pria itu dan memukul wajahnya.

"What the fuck was that?" pria itu menatapku dengan sebelah alis terangkat. Aku menggertakkan gigi.

"Tadi itu kau memukulku?" Pria itu tertawa keras. Aku membuang wajah kesal. Tenagaku belum juga pulih dan pukulan itu mungkin terasa seperti pukulan ringan diwajahnya. Cepat-cepat aku memakai bajuku.

Pria itu bangkit dan berjalan mendekat. Secara refleks aku berjalan mundur. Pria itu menyeringai, menarik bajuku untuk mendekat padanya. Tubuhnya yang tak lebih tinggi dariku itu sedikit menunduk, menatap wajahku lekat. Aku bisa merasakan hembusan napasnya yang panas menggelitik hidungku.

"Apa?!" Desisku galak.

Pria itu tak bergeming dan terus menatapku. Aku berusaha menjauhkan wajahku darinya, tapi tiba-tiba tangan kasar miliknya memegang rahangku kuat.

Aku melotot kaget saat bibir miliknya mengecup bibirku. Ku katupkan bibirku rapat-rapat begitu merasakan lidahnya menekan bibirku. Ia memicingkan matanya dan kesal saat ia tak dapat menyertakan lidahnya masuk ke bibirku. Ia menarik rambutku kasar sampai aku terdongak dan tak sadar membuka mulut. Saat itu ia menyeringai sekilas dan langsung melahap bibirku.

Lidahnya terus menggapai lidahku yang menghindar, membuatnya menggeram. Ia kembali menarik rambutku kuat. Aku meringis tapi tetap tak mau menyerah. Sampai akhirnya lidah itu berhasil menangkap milikku, dan itu membuatku merasa jijik.

Aku hampir pingsan saat pria itu tak membiarkanku untuk menarik napas.
Pria itu akhirnya melepaskan ciumannya, memberikanku waktu untuk bernapas sebentar sebelum akhirnya ciuman panjang dan melelahkan itu kembali menyerang.
Ia melepaskan ciumannya dan menatapku. Lidahnya menyapu bibir miliknya sendiri,

"Sudah kuduga. Bibirmu terasa manis. Thanks. And now, it's time to go!" Ia menyeringai dan menarikku keluar dari ruangan.

Aku berjalan sembari menyeret kakiku, dan sesekali pria itu mendorong tubuhku ke depan. Aku melemparkan pandangan marah padanya, tapi pria itu hanya menyeringai.

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang