(Alcander's POV)Hari ini berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa. Jason masih di China, begitu juga dengan Jiro yang belum kembali dari Jepang.
Sedangkan Ignatius? Aku tidak mempedulikannya.
Aku beristirahat sejenak dari tumpukkan pekerjaanku. Kuambil handphone dan menelepon Jiro. Butuh waktu cukup lama untuk menunggunya mengangkat telepon dariku.
"Hei.." Suara diseberang menyapa. Aku sedikit terkejut saat mendengar suara Jiro yang berubah.
"Jiro? Ini kau?" tanyaku ragu. Suaranya terdengar lebih berat. Jiro terkekeh,
"Ya jelas ini aku, masa orang lain? Aku cuma pergi gak lama, sudah langsung lupa.. Al payah!" Aku terkekeh geli saat membayangkan wajah Jiro yang cemberut.
"Jadi, kapan kau akan pulang?"
Hening untuk sesaat. Aku mengangkat alis bingung, "Halo? Kau masih di sana?""Ah, ya! Hm.. Untuk saat ini aku tidak tahu kapan akan kembali, karena.. Well..."
"Sejak kapan kau jadi main rahasia-rahasiaan begini?" tanyaku heran.
"Baiklah, oke, kau menang! Sebenarnya aku dijebak.." Jiro menghela napas panjang,
"Hah?! Dijebak?!" tanyaku panik.
"Iya, aku dijebak. Aku dipanggil ke Ikebukuro karena kupikir ada masalah dengan salah satu bisnis keluargaku, tapi ternyata tidak! Kau tahu, ayah sialanku itu memaksaku untuk menjadi kepala keluarga!" Aku sedikit memundurkan handphone saat jeritan depresi Jiro terdengar kencang sekali.
"Memangnya kakak laki-lakimu ke mana? Yang harusnya jadi kepala keluarga itu kakakmu, kan?"
"Yup. Tapi Tatsuya itu brengsek. Dia malah kabur ke Osaka dan tidak mau kembali. Dia mengancam akan bunuh diri jika ayahku memaksa. Oh, dan dia juga mengancam akan membuka rahasia keluargaku. Kau tahu, yakuza sudah tidak zaman lagi dan kami dianggap kriminal. Jadi, karena dia aku yang dipaksa untuk menjadi kepala keluarga!"
Aku terdiam. Aku tidak tahu harus berkata apa karena aku tidak mengerti sistem kerja yakuza. Tapi kupikir kali ini Jiro terkena masalah serius.
"Tatsuya malah bersikeras ingin menjadi aktor. Kau dengar, Al? Dia mau jadi aktor! Demi Tuhan, aku tidak mengerti jalan pikirnya! Dan dia kabur ke Osaka dengan pacarnya yang seorang pelayan cafe. Dengar-dengar mereka akan pindah ke Tokyo. Haaahh..... Aku benar-benar tidak mengerti akan jalan pikir kakakku yang super idiot itu."
"Well, harusnya dia tahu bahwa ia hanya kabur tak jauh pula dari Ikebukuro. Maksudku, kalau dia ingin benar-benar lepas dari tanggung jawab, harusnya dia pindah negara saja dan mencari lowongan untuk aktor di sana." ujarku.
"Nah, dia itu memang idiot. Aku sudah berusaha membujuknya untuk kembali, dia malah menyiramku dengan air diember. Aku tak menyangka ayahku itu bisa juga merasa kasihan dan akhirnya membiarkan dia bebas--kebiasaan buruknya yang suka memanjakan Tatsuya brengsek. Makanya sekarang dia memaksaku habis-habisan untuk jadi kepala keluarga. Kalau aku menolak, dia mengancam akan menghancurkan bisnisku. Kau tahu betapa sulitnya bagiku untuk membangun bisnisku sekarang?"
Butuh waktu cukup lama untuk mengerti ucapan Jiro yang berapi-api. Ia terdengar luar biasa kesal.
"Kau butuh bantuanku? Aku selalu siap jika kau membutuhkannya." Tawarku. Jiro mendengus,
"Tidak. Tidak untuk saat ini. Meneleponku sudah cukup menolongku, kok. Ya Tuhan, aku benar-benar merindukanmu, Al."
"Kalau kau tidak bisa pulang, aku bisa berkunjung ke sana. Tapi aku harus mengatur jadwalku, dan tidak bisa dilakukan sebelum Jason pulang dari China."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
FantasyWarning: Cerita ini mengandung unsur 18+++ (homoseksual, seks, mpreg(?)) dan juga penggunaan bahasa yang kasar, sangat vulgar, dan detil. Mohon bijak dalam memilih bacaan yang sesuai dgn umur! Sinopsis Alcander Grey, seorang bos mafia yang menutup...