VII. THE RIGHT-HAND : MEMORIES

11K 533 3
                                    


(JASON LEE'S POV)

Namaku Jason Lee. Tidak punya ayah, ibu, saudara, dan keluarga. Aku hidup seorang diri di tengah kekacauan kehidupan jalanan. Aku dibawa dan tinggal di panti asuhan, menunggu keluarga yang cukup tolol untuk memilihku menjadi anak mereka.

Aku tidak pernah bisa berhenti berkelahi, bahkan setelah ada keluarga yang mengadopsiku, maka aku mendaftarkan diri ke suatu pertandingan bela diri diam-diam.

Kegilaanku akan berkelahi membawaku berhasil memenangkan banyak pertandingan, baik itu tinju maupun street fight. Aku tidak bisa dihentikan, bahkan ketika orang tua asuhku melarang, aku kelepasan dan memukul ayah angkatku sampai pingsan.

Setelah kejadian itu aku kabur dari rumah, mencuri uang dan perhiasan milik orang tua asuhku. Saat itu aku baru berumur 17 tahun. Aku tidak peduli dengan pendidikanku, dan memilih hidup sebagai seorang fighter. Kau akan dibayar dengan nominal yang sangat besar jika berhasil menumbangkan 20 fighter lainnya.

Saat itu, diulang tahunku yang ke 18 tahun, aku bertarung sampai hampir mati dengan fighter asal Rusia. Rahangku miring, hidungku patah, pelipisku robek dan mengucurkan darah kewajahku. Tulang rusukku tak henti dihantam olehnya, hingga patah juga. Tapi nasib berkata lain, aku berhasil menumbangkannya sampai pingsan hanya dengan sekali pukulan kuat.

"Kau bertarung bagus sekali, walaupun sampai berantakan seperti itu."Seseorang berbicara denganku saat aku sedang beristirahat di ruang duduk khusus setelah selesai bertarung.

Seorang pria bertubuh tegap dan kulit kecoklatan karena terlalu lama dibawah sinar matahari. Ia membuka kacamatanya.

"Kau mau bekerja untukku?"tanyanya tiba-tiba yang membuatku melongo.

"Kau cocok sekali untuk bekerja bersamaku, sebagai tim."ujarnya lagi.

Pria itu membuka satu kancing jasnya lalu berjalan mendekat.

"Aku tidak mengenalmu, jadi jangan sok akrab."ujarku ketus sembari mengelap wajah dan rambutku yang basah karena keringat bercampur darah dari pelipisku dengan handuk.

Pria itu terkekeh pelan.

"Ah, kau benar. Di mana sopan santunku? Namaku Alek Volkov. Kebetulan aku sedang mencari agen untuk membantuku."

Aku melempar handuk kearah kursi, lalu menyambar botol minuman sembari melirik kearah pria itu.

"Membantu dalam hal apa?"tanyaku curiga.

"Yang pastinya cocok dengan bidangmu--"pria itu berjalan mendekat lagi dan menunduk sembari memegang bahuku.

"Kau selalu tidak bisa mengontrol keinginanmu untuk menghancurkan orang, kan?"bisiknya. Aku bergidik karena uap panas menyentuh telingaku.

"Kau tidak perlu takut masuk penjara walaupun kau sudah membunuh orang sekalipun."Aku menaikkan sebelah alisku.

Yup, omongannya berhasil mendapatkan perhatianku.

"Kau menawariku pekerjaan membunuh? Huh, aku tidak sudi!"geramku. Pria itu mundur beberapa langkah.

"Tidak, aku tidak mengatakan hal itu. Datanglah ke tempat ini besok pagi, aku akan menjelaskan secara detail. Tenang saja, bayarannya tinggi--bahkan lebih tinggi dari hadiah uang yang kau dapat dari menghajar orang sampai pingsan di ring seperti tadi. Lagipula kalau kau mau menerima pekerjaan ini, aku bisa menjadi sponsor utamamu."

Pria itu menyerahkan selembar kartu yang berisikan alamat.

"Setelah kau hapal alamatnya, kau harus membakar kartu ini."ujarnya memperingatkan, lalu pergi sembari tersenyum.

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang