I. IT WAS STARTED WITH A DREAM

30.4K 1.1K 33
                                        

(ALCANDER'S POV)

Sial.
Sial.
Sialan!

Aku tidak bisa berhenti mengumpat dalam hati saat melihat aku yang masih belum terpuaskan. Gadis ini benar-benar payah. Wajah saja yang cantik dan menggoda, tapi permainan ranjangnya benar-benar mengecewakan. Baru satu ronde dan dia sekarang sudah terkapar lemah di atas kasur dan tidak bisa melayaniku sama sekali.

Brengsek.

Aku benar-benar frustasi karena gadis ini. Bayaran 15 juta terasa tidak sebanding dengan pelayanannya. Bukan nominal yang besar menurutku-tapi melihatnya seperti ini membuatku menyesal. Harusnya kubayar saja dengan harga 2juta. Harga segitu lebih cocok untuknya.

"Woy, mau sampai kapan kamu pingsan gitu, hah?"tanyaku kesal. Aku memukul pelan pipinya sembari terus menusuknya. Gadis itu membuka matanya perlahan dan wajahnya terlihat lelah dan matanya sayu.

"Dasar payah. Pelanggan malah disuruh kerja keras."gerutuku. Gadis itu mencoba untuk menggoyangkan pinggulnya.

"Nah begitu kan lebih baik, daripada aku merasa seperti bermain dengan boneka atau benda mati."tukasku. sepertinya gadis itu telah memperoleh kekuatannya kembali sedikit-demi sedikit dan kini dengan susah payah mengimbangi ritme tusukanku.

"Cepat buat aku klimaks. Aku tidak mau berlama-lama. Bekerjalah lebih keras lagi!"aku memandangi jam lalu kea rah gadis itu. Gadis itu kubiarkan mendudukiku dan membiarkannya bekerja.

Astaga. Aku bosan sekali.

Aku akan menghajar si brengsek Joe itu-bisa-bisanya aku dipilihkan gadis macam ini.
Aku sudah tidak bisa lagi mentolerir pelayanan gadis itu. Dengan kesal aku mendorongnya menjauh, lalu bangkit dan menyambar handuk di atas sofa di samping ranjangku.

"Kau pergilah sekarang. Aku tidak membutuhkanmu lagi. Ambillah amplop coklat itu, dan pergi sekarang juga!"ujarku sembari memakai handuk dipinggulku lalu berjalan menuju kamar mandi dan membiarkan gadis itu melongo dan berkemas.

****

"Dasar brengsek! Tolol! Gak becus nanganin gitu aja!"aku melempar asbak di atas mejaku kea rah dinding dan mengenai pelipis Geo-anak buahku.

"M-maafkan saya, bos! Saya akan kembali menagihnya!"

"Ya.. lebih baik kau lakukan itu sebelum nantinya yang terlempar itu bukan lagi asbak tapi bisa juga pisau. Dan aku tidak bisa menjamin kalau hanya pelipismu saja yang luka."geramku. Geo mengangguk takut lalu pamit dan pergi.

Aku tidak ingin terlalu banyak terlibat dikegiatan 'kotor' itu. Karena selain aku ini bos, aku terlalu banyak menarik perhatian, dan juga-malas. Kegiatan seperti itu terlalu banyak menghabiskan kesabaranku. Lagipula aku memiliki banyak anak buah yang bisa menggantikanku untuk mengerjakan hal-hal seperti itu, walau pada kenyataannya mereka itu sangat payah. Aku selalu berharap Jason bisa cepat-cepat selesai mengurus masalah di bisnisku yang ada di Macau dan bisa kembali membantuku di sini.

"Yaampun, kau terlihat sangat mengerikan."Jiro, sahabatku tiba-tiba masuk sembari terkekeh pelan. Aku mendelik ke arahnya. "Kurang wanita ya?"tambahnya lagi. Dengan santai ia duduk di sofa depan mejaku.

"Mau apa ke sini?"hardikku. Jiro tersenyum lebar.

"Yah, aku sudah tau kalau kau sedang badmood seperti ini pasti karena wanita kan? Ya kan?"

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang