(Alcander's POV)
Tubuhku terasa berat, dan aku bahkan tidak kuat untuk mengangkat jemariku. Mataku terasa lengket dan sulit untuk terbuka.
Aku mengeryitkan dahiku sembari terpejam. Tubuhku terasa hangat namun tetap saja ketidak mampuanku akan bergerak membuatku panik.
Aku merasa seperti boneka. Kegelapan yang menyelimuti ini membuatku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Aku membuka mulut untuk teriak, memanggil siapapun yang ada di sekitarku. Namun saat aku ingin berteriak, aku kaget karena suaraku tidak keluar. Aku ingin meronta, berharap dengan gerakan tubuh aku dapat bersuara ataupun bergerak. Namun tubuhku...
"Kau ingin bisa kembali bergerak?"sebuah suara lembut yang terasa sangat familiar bergema di telingaku.
Aku kembali mengeryitkan dahi dengan depresi karena aku tidak bisa melihat maupun bersuara. Aku hanya bisa menjawab dengan suara aneh yang keluar dari tenggorokanku.
"Kau ingin menyudahi rasa sakit ini?"tanyanya lagi.
Aku kembali menjawabnya dengan suara anehku itu.
'Aku benar-benar ingin terbangun apabila ini benar-benar mimpi.'
"...Aku akan menolongmu. Tapi kau pasti tahu akan ada harga dari pertolonganku."
Aku mengerutkan kening dalam-dalam dan menggigiti bibirku lalu menjawabnya dengan suara anehku.
"Kau tidak mau apa harga yang harus kau bayar itu?"
'Persetan dengan harga! Lakukan saja, brengsek!'
Aku bisa mendengar suara tertawa renyah di telingaku dan mencoba merasakan kehadiran si pemilik suara. Namun aku tahu usahaku sia-sia karena aku tidak bisa memastikan siapa orang itu.
Sebuah tangan yang sangat panas menyentuh kulitku dan seketika membuatku merasa terbakar. Kulitku perih seperti terangkat dari tempatnya. Aku mengeryitkan dahi menahan sakit. Ingin rasamya bisa berteriak sekencang-kencangnya namun apadaya aku tidak bisa bersuara.
Tangan itu menyentuh tubuhku mulai dari wajah, dada, tangan, dan bagian tubuhku yang lain, meninggalkan rasa sakit yang amat sangat. Aku bisa merasakan air mata turun dari kedua pelupuk mataku yang terpejam, dan aku hanya bisa berteriak lewat suara aneh itu.
"Oh, kau menangis? Ini memang sangat sakit, tapi semuanya akan kembali seperti semula."ujar suara itu.
Aku tidak tahu apa yang terjadi karena semuanya terasa cepat, karena tiba-tiba jantungku terasa sangat sakit seperti diremas dan rasanya ingin remuk, hancur berkeping-keping. Dan saat itu aku bisa berteriak histeris dan mataku terbuka lebar. Aku merasa seperti mau mati. Air mata terasa panas jatuh dari pelupuk mataku, dan aku tidak bisa berhenti meraung dan meronta seperti orang kesurupan."KUMOHON.. HENTIKANN..."teriakku disela-sela teriakkanku.
Aku meraung kesakitan dan air mata mengalir tanpa henti dari mataku.
"HENTI...KAANN..."ulangku.
Namun orang itu tidak menggubrisku dan jantungku terasa semakin panas, dan aku pun terus berteriak sampai akhirnya aku tidak bisa mengeluarkan suara dan melihat apa-apa selain gelap.
===
Aku mencoba membuka mataku sembari berdoa dalam hati semoga mataku dapat terbuka. Dan mungkin doaku terkabul karena ternyata aku tidak memiliki masalah dengan mataku. Aku dapat melihat dengan jelas dan jernih, wajah Jason dan Jiro yang berkerut khawatir di sampingku. Mata mereka merah dan berkantong mata hitam--tanda mereka tidak tidur. Wajah mereka pucat dan kusam, seperti tidak dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
FantasyWarning: Cerita ini mengandung unsur 18+++ (homoseksual, seks, mpreg(?)) dan juga penggunaan bahasa yang kasar, sangat vulgar, dan detil. Mohon bijak dalam memilih bacaan yang sesuai dgn umur! Sinopsis Alcander Grey, seorang bos mafia yang menutup...