Warning : (masih) Alcander & Ignatius 'happy time'
(Ignatius's POV)
Aku tidak percaya begitu melihat Alcander menerima sentuhanku dengan sangat manis, sampai-sampai aku hilang kendali. Mungkin karena tanda ditangannya yang kuberikan padanya, membuatnya menerimaku dengan luar biasa cepat.
Ia kini berada didalam pelukanku, memeluk lenganku sementara ia merapatkan tubuhnya disisiku. Matanya sayu dan ia terlihat letih setelah melakukan sex yang intens denganku. Ia bahkan sanggup melayaniku walaupun sudah empat ronde, meskipun ia menangis tanpa henti karena kenikmatan yang ia rasakan, juga klimaks yang entah berapa kali.
Aku membelai rambut keperakannya, menikmati hembusan napasnya yang teratur menggelitik dadaku. Aku menunduk kearahnya, dan mencium keningnya. Alcander mendongak dan menatapku. Aku tidak mengerti tapi Alcander terlihat begitu menawan saat ini. Ingin rasanya kami tetap dalam posisi seperti ini, saling berpelukan.
"Maaf kalau aku terlalu kasar padamu dan membuatmu kesakitan." Ujarku setengah berbisik ditelinganya.
Mata Alcander bengkak, dan ia hanya diam saja sembari sesekali memejamkan matanya saat aku terus membelai rambutnya.
Aku menatap Alcander yang kini kembali terjaga dan ia sedang mengerutkan keningnya. Ada suatu hal yang sepertinya ingin ia katakan, namun ia terlihat bingung dan ragu,
"Ada apa?" tanyaku.
Alcander mendongak menatapku, pupil matanya melebar,
""Tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir...." ia tidak melanjutkan ucapannya, malah menunduk dan menyembunyikan wajahnya dipelukanku.
Aku mendengar suara Alcander yang sangat pelan, yang kupikir ia hanya bergumam namun cukup jelas ditelingaku bahwa,
"....kalau tidak masalah jika kau klimaks di dalamku."
Aku menegang.
Aku terus menatap Alcander yang masih menyembunyikan wajahnya.
"Kau yakin, Alcander? Kau yakin akan mengizinkanku untuk klimaks didalammu, meskipun jika nanti kuberitahu sesuatu kau akan berpikir bahwa aku ini orang gila?" tanyaku.
Pertanyaanku berhasil menarik perhatian Alcander karena ia mendongak menatapku. Pipinya merah merona dan ia sebenarnya terlihat sangat menggemaskan sampai ingin rasanya bibir itu kembali kulumat.
"A-apa maksudmu?" Alcander menjauhkan dirinya sedikit dari pelukanku agar ia bisa menatapku tanpa harus mendongak.
"Mungkin ini kedengarannya aneh, bahkan gila, tapi ini adalah kenyataan. Aku berusaha untuk jujur padamu, oke. Jadi jangan potong omonganku sebelum selesai, mengerti?" ujarku.
Alcander mengangguk tak sabar dengan alis yang bertautan. Dari wajahnya terlihat kalau ia sangat penasaran sekaligus aku bisa mencium rasa takut darinya. Aku mengubah posisi menjadi duduk dan berusaha untuk serius, meskipun Alcander terlihat menggoda.
"Jika aku klimaks didalammu, kau bisa mengandung anakku lho, walaupun kau tidak memiliki rahim seperti perempuan."
Alcander menatapku tak percaya. Ia terdiam sangat lama sampai aku mengira ia kembali sakit. Namun akhirnya ia membuka suara,
"Kau... Kau pikir aku ini bodoh?? Mana mungkin hal itu terjadi?? Memangnya kau ini Tuhan??" serunya. Ia menendangku sampai aku hampir terjatuh dari kasur.
"O-oke, maaf. Aku hanya bercanda." aku terkekeh pelan begitu melihat wajah Alcander yang menatapku dengan alis berkerut dan mulut setengah terbuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
FantasyWarning: Cerita ini mengandung unsur 18+++ (homoseksual, seks, mpreg(?)) dan juga penggunaan bahasa yang kasar, sangat vulgar, dan detil. Mohon bijak dalam memilih bacaan yang sesuai dgn umur! Sinopsis Alcander Grey, seorang bos mafia yang menutup...