(ALCANDER'S POV)
Aku menyuruh Jiro untuk menjemputku setelah bertanya alamat pada Ignatius.
Saat aku bangun dan mandi, Ignatius sudah menyiapkan sarapan. Aku agak terkejut melihatnya memakai celemek berwarna hitam diatas kaus polos berwarna putih. Aku bisa melihat ototnya yang terbentuk sempurna dari balik kausnya. Dia menoleh kearahku, lalu tersenyum.
"Hei, selamat pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, duduklah."
Aku menurutinya lalu duduk di meja makan sambil mendengus. Ignatius meletakkan sepiring pancake di depanku. "Mau minum apa?"tanyanya.
"Teh."jawabku pendek.
Ignatius kembali ke dapur lalu kembali dengan teko teh dan cangkir di tangannya.
"Bajumu sudah kuambil."ujarnya sembari menunjuk baju yang terlipat rapi diatas sofa di seberang meja makan. Aku mengangguk sembari mengunyah pancake-ku. Ignatius ikut makan bersamaku dalam diam.
----
Jiro sudah sampai saat aku sudah selesai makan dan berganti pakaian. Ia terlihat senang dengan Ignatius.
Dan saat aku turun dari kamar atas, aku melihat Jiro sedang berbincang seru dengan Ignatius.
"Ah, Al! Kau tahu, Ignatius itu adalah pemilik tempat pelelangan itu! Astaga, padahal aku selalu ikut melelang budakku, tapi baru kali ini aku bertemu dengan ownernya. Dia juga yang punya secret room itu!"Jiro tertawa geli.
"Haha.. Yah, aku memang jarang bertemu dengan pelelang lain."ujar Ignatius dengan nada merendah.
Aku mendengus.'Yah, karena kau sibuk mengurus para tamu yang kelaparan akan lubang anus..'
"Ayo kita pergi, Jiro."ujarku tak sabaran. Jiro mengerutkan dahinya.
"Hee? Aku baru juga sampai.. Aku kan mau ngobrol sama Ignatius. Dasar Al nggak pengertian!"gerutu Jiro.
"Kalau masih mau ngobrol, ya sudah aku pulang duluan!"tukasku sembari menyambar kunci mobil Jiro.
"Ah, Alll!! Itu kan kunci mobilkuuuu..!"Jiro berdiri lalu merengek, meninggalkan Ignatius yang terlihat berusaha menahan tawanya.
"Ehem. Sebentar lagi siang, bagaimana kalau kalian pulang setelah makan siang di sini?"tanyanya membuat Jiro menghentikan rengekannya.
"Kau yang masak?"tanya Jiro yang dijawab anggukan Ignatius.
"Yup."jawabnya.
Aku menoleh kearah Jiro dan menghela napas begitu melihat ekspresi Jiro yang berbinar saat mendengar kata 'masakan'.
"Apa aku boleh mencicipinya?"tanya Jiro yang seperti anak anjing meminta makanannya.
"Ya tentu, kalau kalian mau tinggal sampai setelah makan siang."Jiro langsung menoleh kearahku sembari memasang wajah puppy eyes-nya.
Aku menghela napas keras-keras.
"Yaaa... Oke.. kita pulang setelah makan siang, puas?"Jiro mengangguk senang.
"Yeeeyyy!! Makaaann!!"Sorak Jiro lalu langsung duduk manis di depan meja makan, sementara Ignatius pergi ke dapur. "Ayo sini, Al!"Jiro melambai-lambaikan tangannya, lalu menunjuk kursi makan di sampingnya. Aku menyeret tubuhku mengikuti Jiro.
Beberapa lama kemudian Ignatius datang dengan piring saji berisikan salmon yang dibakar dengan olive oil dan beberapa masakan yang aku tidak tahu namanya. Aku melirik kearah Jiro yang langsung mengunyah potongan daging salmon dan tersenyum geli. Pasti nanti dia akan merengek kelaparan lagi.
.
.
Kami sudah selesai makan dan bersiap-siap untuk pulang. Aku jadi teringat akan Sharon dan seketika menjadi panik dan khawatir. Aku melirik kearah Jiro yang sibuk memandangi Igantius dengan tatapan kagumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
FantasyWarning: Cerita ini mengandung unsur 18+++ (homoseksual, seks, mpreg(?)) dan juga penggunaan bahasa yang kasar, sangat vulgar, dan detil. Mohon bijak dalam memilih bacaan yang sesuai dgn umur! Sinopsis Alcander Grey, seorang bos mafia yang menutup...