XV. PUNISHMENT AND PLEASURE

12.1K 599 54
                                    

A/N1 : Hai, maaf lama gak update. Setelah ngepost secara private & ternyata banyak yg gak bs baca, akhirnya aku putuskan untuk dipublic aja.

WARNING : SOFT(?) SM SCENE

(Alcander's POV)

Setelah Ignatius pergi dengan terburu-buru; dengan wajah setengah panik, aku duduk bersama dengan Jason di ruang kerjaku.

"Aku tidak bisa menghubungi Jiro, ada apa dengannya?" tanyaku sambil menimang-nimang handphoneku dan meletakkannya di atas meja.

"Ah, maafkan saya. Saya lupa memberitahu anda, saya bertemu dengan Tuan Jiro di kantor beberapa hari yang lalu. Ia harus kembali ke Ikebukuro karena ada masalah dengan bisnisnya di sana. Dia tidak ingin mengganggu waktu pemulihan anda, maka dari itu dia hanya memberitahu saya," Aku mengeryit,

"Kapan dia akan kembali?" Jason menggeleng,

"Saya juga tidak tahu. Tuan Jiro tidak ada berbicara mengenai kapan ia akan kembali." Aku menggigiti bibir.

Jiro tidak begitu senang jika harus kembali ke Ikebukuro, tapi kenapa dia pergi kesana?

"Sudah beberapa kali aku mencoba menghubunginya, tapi tidak bisa. Kuharap tidak terjadi hal apa-apa." Jason tersenyum,

"Saya berpikir tentang hal ini dari kemarin, ada hal apa Tuan Ignatius kemari?" Aku terbelalak,

"Bukan hal penting, dia hanya ingin melihat keadaanku dan menemaniku mengobrol." jawabku tanpa menatap Jason. "Lalu, bagaimana bisnis, eh?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Jason menghela napas,

"Cukup baik. Walau ada satu pabrik kita di China yang terbakar. Sepertinya saya harus kembali ke China untuk mengurus semuanya."
Mataku kembali terbelalak kaget,

"WHAT?! Kenapa bisa terbakar, sih? Ada cecunguk tolol lagi yang melakukannya?? DAMN IT!" teriakku sembari menggebrak meja. Aku langsung kembali duduk saat kepalaku langsung berdenyut akibat syok yang diterima.

Memikirkan bahwa aku kembali merugi, bahkan setelah keadaan sudah cukup membaik dari pengkhianatan George Wu dan Yao Wan sudah pasti membuatku naik darah.

"Saya belum bisa pastikan. Saya sudah menghubungi Sammy di sana, dan dia sudah berusaha menyelamatkan apapun yang bisa diselamatkan dari sana. Saya sudah menyuruhnya untuk mencari penyebab kebakaran itu--" Jason meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu melingkarkan jari-jarinya membentuk segitiga,

"--Hal ini memicu polisi setempat untuk datang. Makanya besok saya akan mengambil penerbangan paling pagi ke sana untuk mengurus semuanya." Rahangku mengeras. Aku memejamkan mata sejenak untuk meredakan sakit kepala yang tiba-tiba menyerang.

"Bagaimana kalau aku juga ikut?" tanyaku saat sudah kembali tenang. Jason menggeleng,

"Tidak perlu. Saya bisa mengurusnya. Lagipula ini hanya masalah yang sering dialami, jadi bos tidak perlu repot-repot turun tangan."

Aku terdiam. Aku memang sangat memahami dirinya. Sifatnya yang secara alami berusaha untuk melindungiku, berusaha untuk menjauhkanku dari segala hal yang dapat memicu peperangan atau kemungkinan aku akan terbunuh atau terluka.

"Oke. Tapi malam ini aku ingin senang-senang." Jason menghela napas,

"Anda kan baru sembuh, bos." Aku hanya bisa menyengir ketika mendengar ucapan Jason.

Seandainya ayahku tidak meninggal, mungkin dia juga akan sama cerewetnya dengan Jason.

"Ayolah, kan ada kau yang menemani aku, lagipula aku harus menenangkan diri karena sudah kehilangan milyaran rupiah karena kejadian sialan ini." Jason menggeleng,

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang