Warning : Some 'normal' sex scene!!
(Alcander's POV)
Aku mengetuk pintu kamar Sharon sembari berharap dalam hati agar ia belum terlelap. Dan harapanku terkabul saat Sharon akhirnya membuka pintunya dan terlihat kaget.
"Al..?"tanyanya.
Aku masuk ke dalam kamarnya dan menariknya mendekat ke tubuhku, sedang kaki kiriku mendorong pintu agar menutup.
"Temani aku.."ujarku sembari menangkupkan kedua tanganku pada wajahnya, lalu menciumnya panjang dan lembut.
Sharon awalnya terkejut dan meronta, namun akhirnya ia menyerah dan membiarkanku mengeksploitasi bibir merahnya itu.
Aku menjilati bibirnya, menggigitnya lembut sebelum akhirnya mendorong lidahku untuk menjelajahi rongga mulutnya. Sharon tersentak begitu lidahku menyentuhnya, dan kemudian tangannya mencengkram bajuku. Aku memiringkan sedikit kepalanya agar lebih leluasa untuk menciumnya, dan tangan kiriku mulai bergerak turun kearah pinggulnya.
"Mmh.."desahan keluar dari sela ciumannya, dan Sharon kini menjadi lebih agresif. Napasnya memburu dan ia seperti meminta lebih.
Aku mendorongnya pelan dan ia terjatuh telentang di atas kasurnya, mengeluarkan bunyi "Huff.."dari mulutnya.
Aku menindihnya lalu kembali menciuminya, sementara tanganku sibuk menyibak gaun tidurnya, dan menghentikan ciuman kami sementara saat aku berusaha untuk mengangkat bajunya dari tangan dan kepalanya, meninggalkan pakaian dalamnya yang masih melekat.
Aku berhenti dan menatap tubuh Sharon yang kini tergolek menggoda di depanku. Dia sama seperti yang kubayangkan--lugu namun sangat menggoda diriku.
Ia menatapku malu, dan bergerak untuk menutupi dirinya dengan tangannya. Melihatnya membuatku tertawa pelan, lalu kembali mencium tangannya dan bibirnya.
"Tunggu.. Kau--ah!... buka baju juga.."ujarnya. Aku menatapnya sembari tersenyum.
"Baiklah, aku akan membukanya untukmu."ujarku, lalu berdiri dan mulai membuka kaosku dengan gerakan perlahan, sembari terus menatap Sharon. Aku melemparkan kaosku ke sudut kamar dan mulai bergerak menurunkan celana santaiku, juga dengan gerakan sangat pelan dan memastikan Sharon untuk melihatnya.
Sekarang Sharon menggigiti bibirnya saat melihatku hanya bercelana dalam. Aku tertawa pelan begitu melihat Sharon yang tak bisa melepaskan pandangannya dari adegan striptease-ku.
Aku kembali ke Sharon, menciumnya dalam dan lapar. Sharon juga mengimbangiku, menciumku sembari menancapkan kuku tangannya pada punggungku.
Aku melepaskan ciuman kami, lalu bergerak melepas bra yang ia pakai, lalu menyentuhkan bibirku pada dadanya. Sharon mendesis begitu bibirku sampai menyentuh aerola dan berakhir pada putingnya. Aku mengulumnya perlahan dan menjilatinya..
'Deg!'
Tiba-tiba aku duduk tegak, begitu seketika mengingat apa yang Ignatius lakukan padaku. Seketika aku bergidik.
"Al..? Ada apa?"tanya Sharon bingung dan kaget. Aku menggeleng, berusaha untuk melenyapkan ingatan itu dan tersenyum pada Sharon.
"Tidak ada apa-apa.."jawabku, dan menyenderkan tubuhnya dan kembali sibuk dengan payudaranya.
Tangan kananku turun ke vaginanya, mencari klitorisnya dan mulai menggeseknya dengan jariku. Sharon menjambak rambutku dan desahan mulai terdengar terus dari mulutnya.
"Sharon.."panggilku. Sharon membuka matanya sedikit. Wajah cantiknya kini dipenuhi dengan gairah.
"Bolehkah..?"Sharon mengangguk dan memposisikan penisku ke depan vaginanya setelah memasangkan kondom.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
FantasyWarning: Cerita ini mengandung unsur 18+++ (homoseksual, seks, mpreg(?)) dan juga penggunaan bahasa yang kasar, sangat vulgar, dan detil. Mohon bijak dalam memilih bacaan yang sesuai dgn umur! Sinopsis Alcander Grey, seorang bos mafia yang menutup...