(Ignatius's POV)
'Pertemuan dengannya pertama kali membuatku tak bisa melupakannya. Sosoknya mampu mempesonaku, hingga aku perlu repot dan datang untuk dekat dengannya. Sampai sekarang aku selalu berpikir bahwa dia cocok untuk menjadi pendampingku.'
Itulah yang pertama kali kupikirkan saat bertemu dengan Alcander Grey. Pria licik yang sangat tampan dan menggoda, bahkan dia sangat.. sangat menggoda diriku dan membuatku ingin menguasainya, mempengaruhinya.
Mengingatnya membuatku tidak sabar ingin bertemu dan menatap mata abu-abu gelap itu. Mungkin saat ia melihatku lagi, ia pasti akan memakiku--tidak, dia pasti akan memukulku, setelah semua yang kulakukan padanya.
Aku tersenyum hanya memikirkannya. Keindahan itu begitu gelap sampai-sampai mengotorinya. Tapi itulah yang kusuka. Keindahan yang kotor dan penuh dosa, bukanlah keindahan suci yang terang benderang. Dan Alcander Grey adalah salah satunya.
Aku terus melangkah menuju parkiran mobilku. Dan ketika aku membuka pintu mobil, langkahku terhentikan oleh asistenku.
"Bos, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda."asistenku yang berjalan di seberangku menghampiriku dan berhenti dengan jarak yang cukup lebar dariku, berhasil membuyarkan pikiranku akan Alcander.
"Siapa?"tanyaku sembari menoleh kearahnya dan tetap membuka pintu mobil sembari menopangkan tanganku di atasnya.
Belakangan ini aku sangat sibuk dengan segala urusanku, aku bahkan belum ada sempat menjenguk Alcander di rumah sakit. Agak kecewa dengan diriku saat ini yang tidak bisa mengatur waktu untuk melihatnya.
"Jason Lee, sekretaris Tuan Alcander Grey. Dia sedang menunggu bos di lobi."
Aku tercengang dan menatapnya lurus-lurus.
"Suruh dia masuk ke ruanganku."ujarku cepat.
"Tapi, bagaimana dengan meeting dengan klien anda dari Jepang?"tanyanya lagi dengan nada takut-takut.
"Minta dijadwal ulang, katakan padanya aku ada urusan mendadak."Asistenku mengangguk lalu berbicara dengan anak buahku lainnya lewat bluetooh headset-nya, lalu membantuku menutup pintu mobil, sedangkan aku sudah mulai berjalan meninggalkan parkiran dan kembali memasuki kantor.
Tadinya aku ingin pergi menemui Fujiwara-klienku dari Jepang dan sekarang sudah berada di parkiran untuk berkendara menuju tempat meeting dengannya, namun setelah mendapat berita bahwa Jason Lee ada di sini, aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lewat gerakanku. Kini aku berjalan sangat cepat menuju ruanganku yang berada di lantai 20.
Aku membuka pintu dengan tergesa-gesa dan berhenti begitu melihat Jason Lee.
Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Tubuh tinggi dan besar, kokoh seperti pohon. Mata biru pucat dengan kulit kecoklatan, dan dia memiliki rahang persegi dengan garis pipi keras, hidung sedikit bengkok seperti paruh burung, alis tebal, dan bibir sedikit tebal di wajahnya. Ia telah menyisir rambutnya rapi dan menatanya dengan sedemikian rupa.
"Apakah anda sekretaris Alcander?"tanyaku sembari melangkah masuk lambat-lambat.
Ia benar-benar tidak cocok untuk menjadi sekretaris--lebih seperti bos mafia atau bodyguard kelas satu.
Pria itu menoleh kearahku lalu mengangguk. Aku menelan ludah, gugup karena khawatir akan mendengar keadaan bos pria itu. Aku berjalan menuju mini bar di sudut ruanganku, lalu mengangkat botol bir.
"Mau minum apa?"tanyaku. Jason Lee menatapku dengan mata elangnya, melirik kearah botol yang kupegang.
"Kopi sudah cukup."jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
FantasyWarning: Cerita ini mengandung unsur 18+++ (homoseksual, seks, mpreg(?)) dan juga penggunaan bahasa yang kasar, sangat vulgar, dan detil. Mohon bijak dalam memilih bacaan yang sesuai dgn umur! Sinopsis Alcander Grey, seorang bos mafia yang menutup...