chapter 10

9.4K 585 11
                                    

Aku melihatnya
Aku melihatnya bersama....


Bersama wanita itu


Wanita yang sama yang pernah Kulihat di cafe dan di pesta tempo hari.

Wanita yang ku kira rekan bisnisnya.
Ternyata tak hanya sekedar rekan bisnis.

Rekan bisnis tidak akan duduk berdua dan berangkulan mesra.

Rekan bisnis tidak akan saling bertatapan seperti sepasang kekasih
Atau
mereka memang sepasang kekasih?

"Sayang, kapan kita akan liburan? Aku bosan di jakarta terus" ucap wanita itu dengan manja.

Sepertinya mereka belum menyadari kedatanganku.

"Aku sedang banyak kerjaan Kimmy, lain kali saja" balas pria yang berstatus suamiku itu dengan mengelus rambut coklatnya.

Aku saja belum pernah diperlakukan seperti itu. Bahkan suara itu, suara itu terdengar lembut di telingaku. Tapi sayang, itu bukan untukku.

"Okey, tak apa. Tapi kau harus janji, kita akan pergi berlibur" ucap wanita itu dan di jawab dengan anggukan oleh Nathan.

Jadi, beginikah kelakuan suamiku jika sedang di luar rumah? Menghabiskan waktu bersama wanita lain?

Ya Tuhan, Sesak sekali rasanya.

Beginikah balasanmu atas kesetiaanku, Nathan?

Aku tak mempermasalahkan kalau kau memang tak mencintaiku, tapi tidak dengan menghancurkan kepercayaanku.

Kakiku sudah tak sanggup lagi menopang berat badanku, disaat aku melihat wanita itu mendekatkan wajahnya ke Nathan.

Cukup!

Sudah cukup semuanya.
Aku harus menghentikan ini.
Terserah mereka mau berbuat apa, tapi ku mohon jangan di hadapanku.

"Cukup!!"
"Kumohon cukup" ujarku lirih.

Sungguh, sesak sekali rasanya. Ku hapus air mataku dengan kasar. Aku tak boleh terlihat lemah di depan mereka.

Kau tidak boleh terlihat lemah, Riana.

"Ri.." ucap Nathan dengan ekspresi keterkejutannya.

Kenapa?
Kau heran melihatku?

Nathan beranjak dari duduknya dan diikuit oleh wanita yang bernama Kimmy itu. Ekspresi mereka terlihat sama, tapi sayangnya ekspresi wanita itu langsung berubah menatapku remeh.

Aku tau apa yang ada di otak busukmu itu, nona.

"Kenapa kau datang lebih cepat?" Tanya Nathan yang kini sudah ada di depanku.

"Kenapa? Kau takut akan ketauan seperti ini Nathan?" Ucapku sambil menatapnya dan wanita itu bergantian.

Air mataku sudah tidak bisa lagi ku tahan.

"Ri, dengarkan aku. Aku ti.."

"Sudah, tak usah di jelaskan. Silahkan lanjutkan kegiatan kalian. Maaf, jika aku mengganggu" ucapku sambil membalikkan badan.

Hatiku hancur melihat kemesraan mereka.
Kemesraan yang tak pernah dia lakukan kepadaku sebagai istrinya.

Kenapa kau harus melakukannya dengan wanita lain Nathan?
Apa salahku?

Rasanya aku ingin menjerit mengeluarkan semuanya. Supaya dia tau, bagaimana perasaanku.

Tapi, aku terlebih takut dia sama sekali tak perduli.

Ah, aku melupakan satu hal.

Ku hentikan langkahku, dan berbalik menatapnya.
Dia menatapku balik.

Kenapa disaat seperti ini, akhirnya kau menatapku, Nathan?

Melihatnya, membuat air mataku kembali terjun bebas.
Ku lihat dia ingin menyentuhku, namun segera kutepis.

Aku harus mengatakannya.

"Selamat ulang tahun pernikahan, suamiku"

Aku tau, dari awal aku hanya sendirian di jalan ini. aku berusaha untuk menarikmu dan berjalan bersama melewatinya.
Tapi, kau malah melepaskan genggamanku, dan perlahan berjalan menjauh.
Aku berusaha untuk memperjuangkanmu, memperjuangkan apa yang telah dibangun.
Tapi, sekarang aku tau.
Kau tidak ingin aku memperjuangkanmu.
Jika itu memang yang kau mau, apa dayaku.
Aku akan melakukannya.







Terima kasih yang sudah menunggu.
Terima kasih juga yang sudah membaca.
Jangan lupa vote dan berikan komentar :)

RianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang