Nathan

9.3K 399 0
                                    

Khusus bagian ini, point of view (POV) Nathan ya.
Langsung aja...
Selamat baca :)
°
°
°
°
°
°
°
15 maret 2015
Hari dimana aku menikahi seorang wanita bernama Riana Wulandari.

Seorang wanita yang dipilihkan oleh kakekku. Seorang wanita yang sama sekali tak aku kenal namun aku menerima perjodohan ini.

Kenapa?

Karna aku percaya pada kakekku.
Tak mungkin kakekku memilih cucu menantu yang tak baik-baik.
Dan benar, Riana adalah wanita yang baik, atau terlampau baik dan sabar dengan sikapku.

Aku sudah tak punya keinginan lagi untuk mencari wanita dan jatuh cinta. Semenjak Alexa pergi meninggalkanku dan rasa benci yang tak bisa kuluapkan padanya.

Seharusnya dia tak boleh pergi seperti itu dengan rasa sakit yang dia tinggalkan.

Dulu, aku mencintainya. Sangat.
Tapi, dengan sadar dia menghianatiku. Bercinta dengan teman kuliahku, dan dengan gampangnya dia meminta maaf.

Dia menyia-nyiakan rasa cintaku. Apa tak cukup rasa cinta yang kuberikan? Apakah harus mencari dari lelaki lain?
Karna dialah hatiku beku, dan tak ingin membuang waktu mencari wanita lain lagi. Mereka sama saja, tak pernah puas.

Dan Riana, aku tak mengerti dengannya. Terbuat dari apa hati wanita itu. Sikapku selalu dingin dan tak banyak bicara tapi dia selalu mencoba membuat komunikasi yang tak berarti yang ujung-ujungnya tak mendapatkan apapun dariku.

Seiring berjalannya waktu, aku punya kebiasaan yang aku sendiripun tak mengerti. Entah bagaimana alasannya, aku selalu memeluknya sebelum tidur. Yang pasti tanpa sepengetahuan dia. Awalnya, aku hanya berpura-pura tidur, kemudian ku rasakan tubuhnya bergerak disampingku dan ku yakin dia sedang memperhatikanku, sampai pada akhirnya ku dengar hembusan nafasnya menjadi teratur tanda dia sudah terlelap. Pada saat itulah, aku menarik tubuhnya dalam pelukanku, menyamakan hembusan nafas kami dan akupun ikut terlelap.
Konyol memang, tapi entah mengapa aku merasa, aku butuh melakukan itu.

Sama halnya seperti melihat wajahnya yang memerah saat ku goda. Kami sudah menikah selama 8 bulan, tapi dia masih saja bersikap kaku di depanku. Saat aku mencium bibirnya, dia malah menahan nafas dan mukanya menjadi memerah.

Aku sempat berfikir, apakah itu ciuman pertamanya?
Kalau iya, beruntunglah aku.

Semakin hari, dia membuatku merasakan sesuatu. Sesuatu yang sama seperti dulu, bahkan mungkin lebih besar.

Aku semakin tak mengerti dengan diriku ketika aku tak menyukai tatapan para lelaki yang berada dipesta itu. Mereka menatap istriku dengan tatapan lapar.

Aku mengetahui dengan sadar bahwa istriku begitu menawan. Dia menawan dengan caranya sendiri. Bahkan tanpa make-up sekalipun.

Dan kini, dress yang dia pakai dan sedikit make-up diwajahnya membuatku susah bernafas. Andai aku tadi menunggunya mengganti baju, maka tidak akan begini jadinya. Pria-pria buas itu terus menatapi lekukan tubuhnya.

Hei, dia istriku ! Jaga mata kalian!

Sialnya lagi, baru sebentar aku meninggalkannya, sudah ada saja yang mendekati. Ku perhatikan gerak-gerik mereka, dan sepertinya aku tau siapa laki-laki itu.

Ricky.

Mataku memanas melihat sikap Ricky yang terang-terangan tertarik pada istriku. Ku tinggalkan Kimmy dan Roy yang sedari tadi entah berbicara apa yang hanya kubalas dengan senyuman.

Saat aku menghampiri mereka, samar-samar percakapan mereka terdengar.

"Oh ok Riana, kenapa kau sendiri disini? Dan kenapa Nathan meninggalkan wanita cantik sendirian"

RianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang