Siang ini aku ada janji dengan teman lamaku, Nadia. Kemarin aku tidak sengaja berjumpa dengannya sewaktu membeli bahan makanan di supermarket dekat rumah.
Dia menanyakan kabarku, dan apakah aku sudah menikah. Ku jawab bahwa aku sudah menikah. Dia menanyakan lagi dengan siapa aku menikah dan mengapa dia tidak di undang.
Saat aku menyebutkan nama Nathan Alvedro, Nadia menatapku seolah tidak percaya. Ada apa, pikirku. Dia menanyakan apakah aku sedang bercanda. Ya tentu tidak. Tidak mungkin aku bercanda jika membicarakan suamiku.
"Kau serius sudah menikah dengan pak Nathan?" Ucapnya masih tak percaya.
Nadia baru lima menit sampai di cafe yang kami janjikan dan langsung menanyakan pertanyaan konyol itu.
"Buat apa aku berbohong, Nadia. Tapi.. pak? Kenapa kau panggil suamiku dengan sebutan 'pak'?" Tanyaku.
"Dia bos di perusahaan tempatku bekerja Ri, suamimu CEO G&G kan?" Tanyanya lagi.
"Iya, dia atasanmu ? Wah, dunia ini sempit ternyata" aku terkekeh kecil menyadari pembicaraan kami ini.
"Ternyata aku sedang makan siang bersama ibu bos" ucapnya sambil berdecak kagum.
Hey, aku tidak seperti itu. Memang aku istri dari atasannya, tapi dia tidak perlu seperti itu kan.
"Jadi sudah berapa lama kau menikah dengan pak Nathan ?"
"8 bulan"
"Kenapa aku tidak tahu ya kalau pemilik perusahaan sudah menikah ?" tanyanya bingung, lebih tepatnya bingung pada dirinya sendiri karena tidak mengetahui info terbaru dari bossnya.
"Kami memang tidak merayakan resepsi yang mewah, hanya keluarga terdekat saja, maaf aku tidak mengundangmu" sesalku.
"Tak masalah Ri, pantas saja tidak ada yang tau kalau pak Nathan sudah menikah. Kau tau, banyak wanita di tempatku bekerja mengagumi suamimu, bahkan mungkin terobsesi dengannya" ucapnya.
"Apa kau salah satu wanita itu Nad ?" godaku. Aku tau dia pasti salah satu dari wanita-wanita itu. Apa aku marah? Tidak, aku tidak bisa melarang seseorang buat berhenti menyukai bukan? Itu hak mereka, selagi dalam batas wajar.
Lagian, aku juga pengagum suamiku."Ha? Em.. iya sih" akunya sambil menggaruk tengkuknya yang kuyakin tidak gatal.
"Tak apa, tak usah sungkan. Dia memang sudah punya fans dari dulu" ujarku.
Setelah itu kami hanya membicarakan tentang masa SMA kami dulu. Selagi kami asyik mengenang masa lalu, tiba-tiba Nadia menyenggol lenganku. Tatapan mataku mengisyaratkan 'ada apa?' Dan dia menjawab dengan menunjukkan sesuatu di belakangku dengan dagunya.
Ku balikkan badanku dan kemudian aku melihat dia, Nathan.Tak lama keterkejutanku melihatnya, mata itu juga menatapku dengan tatapan yang sama.
Mungkin dia heran kenapa aku disini, kenapa tidak dirumah seperti biasanya. Aku mengharapkan dia memikirkan itu dan menghampiriku. Tapi nyatanya mata itu berubah menatapku seolah 'kau siapa'.
Dia melangkahkan kakinya ke salah satu meja yang terletak di sudut cafe. Ku lihat ada seorang wanita dan pria yang mengikutinya dari belakang. Mungkin mereka rekan kerjanya.
Aku tak tau apa yang harus aku perbuat. Menghampirinya? Kemudian memperkenalkan diri sebagai istri dari Nathan Alvedro? Oh mungkin aku dikira wanita gila jika aku tiba-tiba datang dan mengatakan itu. Tapi memang begitu kenyataannya kan?
"Ri..Riana" panggilan Nadia mengalihkan tatapanku dari Nathan.
"Kau tidak menghampiri suamimu ?" ujarnya lagi.
"Tidak, dia tidak akan suka jika aku mangganggu dia dengan rekan kerjanya" ucapku. Dan sepertinya memang begitu.
"Aku sebaiknya pulang, lagian jam makan siangmu sudah mau habiskan ?" Ucapku lagi, aku hanya ingin cepat-cepat pulang. Aku takut Nathan marah melihatku disini.
"yasudah, lain kali kita bertemu lagi okey?" Ujarnya sambil memelukku.
"Iya, sampai jumpa" ketika aku melangkah ke arah pintu, kulihat Nathan sedang tertawa bersama rekan kerjanya itu. Tertawa? Bersama mereka? Ternyata dia masih bisa melakukan itu.
Kelihatannya Nathan lebih hidup jika sedang bersama temannya. Ku lihat juga Nathan tersenyum manis dengan wanita itu. Ya Tuhan, aku mempercayainya dan buatlah aku terus berfikiran seperti itu.
Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa Vote ya :) :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Riana
Storie d'amoreSenyum itu yang membuatku terikat, sampai pada akhirnya aku terjebak dalam ikatan itu. Tapi, sampai kapan aku bisa bertahan? Riana Wulandari Bukan aku yang menyuruhmu untuk mendekat, jadi jangan salahkan aku bila kau sampai terluka Nathan Alvedro ...