Sabtu cerah dengan angin yang berhembus tenang siap menyapa manusia yang berada di luar rumah.
Seperti aku.
Aku menikmati sabtu indah ini dengan damai. Bahkan, senyumanku tak pernah pudar.
Mungkin, ini karna Nathan.Ya, dia yang membuatku seperti orang bodoh.
Flashback
"Kenapa kau belum makan?" Tanyaku sambil menghampirinya
"Aku menunggumu" ucapnya sambil memandangku
"Aku kan sudah menyuruhmu makan duluan" ucapku lagi. Aku merasa tak enak dengannya. Pasti dia sudah lapar, bisa-bisanya dia menungguku.
"Ayo kita makan" ucapnya yang kini menarikku kemeja makan.
Sama seperti biasanya, hanya terdengar dentingan piring dan sendok yang beradu.
'Ah, untung tidak ada jangkrik' pikirku.
"Kemarin kau kemana?" Ucapnya tiba-tiba.
"Ya?" Tanyaku yang masih tak percaya dia bisa bicara juga saat makan.
"Kemarin kau kemana?" Tanyanya lagi.
"Aku pergi ke pantai" ucapku.
"Bersama Ricky?" Tanyanya dan nada bicaranya seperti... tidak suka?
"Aku bertemu dengannya disana" jawabku.
'Kenapa dia jadi banyak bicara begini?'
"Kalian janjian?" Tanyanya yang kini sudah menghentikan makannya.
"Bukan seperti itu. Aku kesana sendiri dan aku tak tau jika dia juga berada disana" jujurku.
"Apa yang kalian bicarakan?" Kurasa, dia cocok menjadi wartawan. Kemana sifat dinginnya? Ditelan angin ?
"Tidak banyak. Dia hanya menceritakan pertemanan kalian" dan aku rasa, hidungku sebentar lagi akan panjang.
Tak ada jawaban darinya. Kulihat dia hanya memandangku dengan mata menyipit. Kenapa? Oh, jangan bilang dia mencurigaiku.
"Dan kenapa kau diantarnya? Kau bisa menelponku untuk menjemputmu kan?"
Dasar pria tidak peka.
Aku ini sedang menghindarimu. Mana mungkin aku menghubungi orang yang kuhindari!"Aku takut mengganggu pekerjaanmu" alasanku.
"Aku tau kau menghindar dariku" ucapnya lagi. Seketika tubuhku membeku. Mataku juga masih menatap piring didepanku.
"Kau menghindari tatapanku, kau tidak mengantarkan makan siangku, kau juga tidak memperhatikanku ketika tidur"
Dari mana dia tau aku selalu memperhatikannya jika dia tidur? Apa dia pura2 tidur?
Ucapannya berhasil mengalihkan pandanganku ke arahnya. Dan tatapannya.
Tatapan itu...
Aku paham arti tatapannya kini.
Bukan tatapan dingin yang menusuk, melainkan tatapan hangat yang terselip rasa sesal didalamnya.'Semoga aku tak salah mengartikan tatapan itu'
"Aku minta maaf tentang kejadian waktu itu. Aku tau, kau pasti sudah sangat terluka dengan pernikahan ini. Aku tidak bisa berjanji jika pernikahan kita akan baik-baik saja. Tapi aku mau memperbaiki apa yang telah aku perbuat" ucapnya yang kini sedang menggenggam erat tanganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Riana
RomanceSenyum itu yang membuatku terikat, sampai pada akhirnya aku terjebak dalam ikatan itu. Tapi, sampai kapan aku bisa bertahan? Riana Wulandari Bukan aku yang menyuruhmu untuk mendekat, jadi jangan salahkan aku bila kau sampai terluka Nathan Alvedro ...